Senin, 12 Oktober 2015

Korban Bom Turki 128 Orang, ISIS Target Utama Investigasi


Korban Bom Turki 128 Orang, ISIS Target Utama Investigasi Bom ganda meledak di luar stasiun kereta api utama di Ankara dan menewaskan setidaknya 128 orang pada Sabtu (10/10), bertepatan dengan aksi unjuk rasa. (Reuters/Tumay Berkin)
 
Jakarta, CB -- ISIS langsung menjadi target utama dalam proses penyelidikan pelaku bom bunuh diri di Ankara, Turki, yang menewaskan setidaknya 128 jiwa dan melukai 200 orang lainnya pada Sabtu (10/10) lalu.

"Semua pertanda mengindikasikan bahwa serangan ini mungkin dilakukan oleh ISIS. Kami sangat fokus pada ISIS," ujar salah satu pejabat keamanan kepada Reuters, Minggu (11/10).

Kantor berita pemerintah Turki, Anadolu Agency, melaporkan bahwa polisi telah menahan 43 tersangka dalam operasi dengan target ISIS di seluruh penjuru negara, mulai dari Sanliurfa hingga Izmir.

Turki memang sangat rentan terhadap infiltrasi ISIS. Namun, ISIS biasanya langsung berkoar mengklaim sebuah serangan mematikan, tak berdiam diri seperti saat ini. Menurut Reuters, ISIS juga tak terlihat membicarakan mengenai penyerangan di Ankara ini dalam berbagai jalur komunikasi internet mereka.

Sementara itu, para pendukung pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, menganggap insiden ini merupakan konspirasi gelap pasukan yang didukung oleh kekuatan asing untuk mengacaukan Turki menjelang pemilihan umum.

Namun, pihak oposisi pemerintahan Erdogan justru menyalahkan sang presiden. Seperti diberitakan sebelumnya, bom bunuh diri ganda tersebut terjadi ketika ratusan aktivis pro-Kurdi dan sayap kiri menggelar aksi unjuk rasa di luar stasiun kereta api utama Ankara.

Kekerasan antara militer pemerintah dan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berkobar sejak Juli lalu. Saat itu, Turki melancarkan serangan udara di sejumlah kamp militan, membalas gempuran terhadap pasukan keamanan yang meningkat. Konflik ini sudah menewaskan ratusan orang.

Serangan ini terjadi ketika kelompok militan PKK diperkirakan akan mengumumkan gencatan senjata sepihak. Keputusan ini akan memulihkan gencatan senjata yang berakhir pada Juli lalu.

Pemerintah menilai langkah ini sebagai upaya menggalang dukungan kepada Partai Demokratik Rakyat Turki (HDP) dalam pemilu.

Beberapa jam setelah pengeboman, PKK pun memerintahkan pejuangnya untuk menghentikan operasi di Turki kecuali mereka menghadapi serangan. PKK menyatakan tindakan ini untuk menghindari tidak terciptanya "pemilu yang jujur dan adil" pada 1 November mendatang.

Foto di lokasi kejadian sebelum bom meledak juga menunjukkan aksi unjuk rasa damai ketika para demonstran HDP saling berpegangan tangan dan menari. Beberapa menit setelahnya, ledakan besar terjadi di belakang mereka.

"Kami dihadapkan dengan pembantaian yang sangat besar dan biadab," kata pemimpin HDP, Selahattin Demirtas, kepada para wartawan.

Kerumunan warga yang marah mencemooh dan melemparkan botol ketika menteri kesehatan dan menteri dalam negeri tiba di lokasi kejadian dengan konvoi kendaraan. Para demonstran segera diamankan petugas.

Beberapa aktivis sayap kiri menilai Erdogan dan Partai Keamanan dan Pembangunan Turki (AK) mencari kesempatan untuk membangkitkan sentimen nasionalisme atas serangan ini.

"Suruc, Diyarbakir, dan sekarang Ankara. Semua itu ulah sang pembunuh, Erdogan. Kami akan meruntuhkan istana itu," kata Tarik, seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang berada di jarak kurang dari 50 meter ketika salah satu bom meledak.

Sejumlah aktivis bahkan masih di lokasi kejadian dan meneriakkan "Erdogan pembunuh" dan "AKP pembunuh."


Credit  CNN Indonesia