WASHINGTON (CB) – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack
Obama mendapat kritik pedas dari anggota DPR AS mengenai operasi militer
AS di Suriah. Hasil yang dicapai oleh militer AS selama dua tahun di
Suriah dianggap lebih buruk dibandingkan apa yang dilakukan Rusia di
sana dalam waktu kurang dari dua pekan.
“Putin telah lebih banyak mengambil tindakan di Suriah dalam dua pekan daripada tindakan yang diambil Obama dalam dua tahun,” kata Ketua DPR AS urusan hubungan internasional Ed Royce, sebagaimana dilansir Sputnik, Jumat (9/10/2015).
“Menteri Pertahanan mengkritik strategi Rusia. Tapi, mana strategi kita?” tambah Royce.
Kritik itu datang seiring hasil yang dicapai militer Rusia dalam operasi militer anti-ISIS-nya di Suriah yang telah berlangsung selama sepekan. Royce menganggap hasil yang dicapai Rusia sejauh ini telah berhasil mengurangi pengaruh AS di Timur Tengah.
Laporan dari Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa sedikitnya 120 serangan udara telah dilancarkan terhadap ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Suriah sejak pekan lalu. Dari serangan-serangan tersebut, 110 target dinyatakan berhasil dihancurkan. Rusia bahkan menembakkan 26 rudal jelajah dari armada angkatan lautnya di Laut Kaspia dalam serangannya baru-baru ini.
Sedangkan AS yang memimpin koalisi militer beranggotakan 62 negara untuk menghadapi ISIS di Irak dan Suriah telah melakukan serangan udara di wilayah itu sejak September 2014, namun belum menunjukkan hasil yang berarti. Meski begitu, Gedung Putih selalu mengklaim bahwa strategi mereka berhasil memerangi teroris di kedua negara itu.
Mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), Michael Flynn, mengatakan bahwa strategi yang dijalankan AS saat ini tidak berjalan dengan baik dan meminta Washington untuk bekerja sama dengan negara lain di wilayah itu untuk menghadapi ISIS.
“Putin telah lebih banyak mengambil tindakan di Suriah dalam dua pekan daripada tindakan yang diambil Obama dalam dua tahun,” kata Ketua DPR AS urusan hubungan internasional Ed Royce, sebagaimana dilansir Sputnik, Jumat (9/10/2015).
“Menteri Pertahanan mengkritik strategi Rusia. Tapi, mana strategi kita?” tambah Royce.
Kritik itu datang seiring hasil yang dicapai militer Rusia dalam operasi militer anti-ISIS-nya di Suriah yang telah berlangsung selama sepekan. Royce menganggap hasil yang dicapai Rusia sejauh ini telah berhasil mengurangi pengaruh AS di Timur Tengah.
Laporan dari Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa sedikitnya 120 serangan udara telah dilancarkan terhadap ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Suriah sejak pekan lalu. Dari serangan-serangan tersebut, 110 target dinyatakan berhasil dihancurkan. Rusia bahkan menembakkan 26 rudal jelajah dari armada angkatan lautnya di Laut Kaspia dalam serangannya baru-baru ini.
Sedangkan AS yang memimpin koalisi militer beranggotakan 62 negara untuk menghadapi ISIS di Irak dan Suriah telah melakukan serangan udara di wilayah itu sejak September 2014, namun belum menunjukkan hasil yang berarti. Meski begitu, Gedung Putih selalu mengklaim bahwa strategi mereka berhasil memerangi teroris di kedua negara itu.
Mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), Michael Flynn, mengatakan bahwa strategi yang dijalankan AS saat ini tidak berjalan dengan baik dan meminta Washington untuk bekerja sama dengan negara lain di wilayah itu untuk menghadapi ISIS.
Credit okezone