REUTERS/John Cetrino
SpaceIL, sebagaimana dikutip dari laman ekonomi dan bisnis, Forbes, Rabu, 7 Oktober 2015, telah menjadi yang pertama dari peserta kompetisi, secara serius memesan tempat untuk meluncurkan pesawat tak berawak yang akan mendarat di Bulan.
Pada konferensi pers di Yerusalem, Israel, SpaceIL mengatakan telah mendaftar pada Spaceflight Industries, yang baru saja membeli sebuah roket SpaceX Falcon 9 untuk memfasilitasi peluncuran satelit kecil.
"Kami bangga secara resmi mengkonfirmasi penerimaan dan verifikasi kontrak peluncuran SpaceIL ini, memposisikan mereka sebagai yang pertama dan tim Google Lunar XPRIZE untuk menunjukkan prestasi penting ini, sejauh ini," kata Bob Weiss, Wakil Ketua dan Presiden XPRIZE.
Dikatakan setiap perusahaan swasta yang berhasil mendarat di permukaan bulan akan bergabung dengan daftar pendek kesuksesan sebelumnya, meliputi Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Cina. "Jika SpaceIL menjadi yang pertama sampai di sana, itu menjadi kemenangan ganda, organisasi swasta pertama dan misi Israel pertama," demikian laporan Forbes.
Namun, untuk memenangkan XPRIZE Google, organisasi non-profit itu tidak bisa hanya mengandalkan pendaratan. Misi dianggap berhasil jika roket SpaceIL berhasil mengeksplorasi permukaan bulan untuk setidaknya 500 meter dan mengirim gambar dan video kualitas tinggi ke Bumi, sebelum batas waktu 31 Desember 2017.
Berbeda dengan desain roket tradisional, SpaceIL kali ini dipercaya akan melakukan manuver untuk mendapatkan pendaratan di jarak yang diperlukan. Roketnya akan mendarat sekali dan kemudian menggunakan bahan bakar tersisa di tangki untuk lepas landas lagi hingga berada di jarak 500 meter.
Rute yang dituntut, dikatakan telah membantu kelompok, yang didirikan oleh tiga insinyur muda, untuk membangun sebuah kerajinan yang lebih kecil dan relatif murah.
"Tahun lalu kami membuat langkah signifikan ke arah pendaratan di bulan, baik dari segi pembiayaan proyek dan dalam hal desain rekayasa, dan sekarang, kami sangat senang akhirnya mengamankan kesepakatan peluncuran kami," kata CEO SpaceIL Eran Privman.
"Ini membawa kami satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan visi besar kami menciptakan sebuah 'efek Apollo' di Israel. Menginspirasi generasi baru untuk mengejar Sains, Teknik, Teknologi, dan Matematika (STEM)," ujarnya.
Untuk membiayai ambisinya, SpaceIL dilaporkan menghabiskan lebih dari US$ 50 juta atau Rp 692 miliar uang pribadi, termasuk biaya tambahan untuk kontributor utama, Miriam dan Sheldon G. Adelson Family Foundation dan Yayasan Kahn Morris Kahn, yang akan meneken kontrak peluncuran.
Credit TEMPO.CO