Rumah di Idlib hancur akibat serangan jet Rusia di Suriah. (Reuters/Khalil Ashawi)
Fathi Nasrullah Attamimi, relawan asal Indonesia dari lembaga Misi Medis Suriah mengatakan tiga hari terakhir frekuensi tembakan hingga lima menit sekali, sudah masuk situasi darurat.
Fathi mengatakan radius 30 kilometer tempat dia berada telah menjadi medan perang. Delapan orang warga sipil dilaporkan tewas.
"Lima mujahidin syahid, dan belasan terluka baik parah maupun ringan. Ada dua orang yang diamputasi. Satu di kaki, satu lagi tangan. Semuanya karena kena ledakan roket dan mortir," kata Fathi kepada CNN Indonesia, Senin (12/10).
Di laman sosial media miliknya, Fathi mengatakan bahwa dalam 8 jam terakhir sudah ada 300 ledakan yang terdengar. Pasukan oposisi, kata dia, berhasil mengusir tentara rezim Bashar al-Assad yang berusaha mendekat.
Rusia yang membantu Suriah menggempur oposisi menyatakan telah menggencarkan serangan. Rusia mengatakan serangan udara yang mereka lakukan untuk menghancurkan ISIS, namun berbagai lembaga kemanusiaan menyebutkan jet Rusia juga menggempur wilayah kelompok oposisi lainnya, termasuk militan didikan Amerika Serikat, menewaskan banyak warga sipil.
Misi Medis Suriah telah mengumpulkan dana masyarakat Indonesia sejak tahun 2013 sekitar US$1,6 juta atau lebih dari Rp22,7 miliar untuk rakyat Suriah. Fathi mendokumentasikan seluruh kegiatannya di akun Facebook pribadi dan Misi Medis Suriah.
Di saat situasi genting seperti sekarang, dia dan seorang relawan lainnya, Said Anshar, bertugas sebagai tim medis dan evakuasi bagi warga dan korban perang.
"Sedari awal saya memposisikan diri sebagai jurnalis, tim medis dan evakuasi baik warga maupun mujahid. Karena saya lebih berpengalaman di bidang tersebut," kata Fathi.
"Kondisi seperti ini uang donasi untuk beli obat, operasional ambulan, dan yang lainnya. Juga untuk operasional rutin macam pabrik roti, pembangunan pesantren Indonesia di Suriah, santunan janda, dan sebagainya yang berkaitan dengan kemanusiaan, Pendidikan, serta medis," lanjut Fathi.
Fathi mengaku rindu pada anak dan istrinya di Indonesia. Namun dia berharap tindakannya dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan bisa dicontoh dan menjadi penyemangat untuk berbuat baik.
Dia tidak menyarankan warga Indonesia datang ke Suriah untuk berperang.
"Kita tentu tidak bisa terjun berperang karena tidak terlatih dan mungkin nanti merepotkan mujahidin. Tapi kita berbuat lainnya. Selain itu saran saya jangan terjun ke Suriah sebagai mujahidin. Mereka tidak butuh personel, mereka butuh orang yang memikirkan keluarga dan masyarakatnya, baik saat perang maupun nanti selesai perang," ujar Fathi.
Credit CNN Indonesia