Ilustrasi (Reuters/Ammar Abdullah)
Dilansir dari Reuters, tidak ada korban tewas maupun luka akibat insiden ini. Gedung kedutaan besar Rusia juga dilaporkan tidak rusak.
Insiden ini terjadi sekitar dua pekan setelah Rusia, sekutu utama Presiden Suriah, Bashar al-Assad, meluncurkan serangan udara untuk menggempur berbagai kelompok pemberontak Suriah, termasuk militan ISIS.
Seorang saksi mata menyatakan bahwa kedua mortir tersebut jatuh di sebuah lahan dekat dengan kompleks kedutaan besar Rusia. Saksi mata kedua menyatakan bahwa salah satu mortir jatuh di kompleks kedubes Rusia tetapi tidak mengenai gedung tersebut.
Dilansir dari kantor berita Rusia, RIA, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan bahwa Moskow menganggap penembakan terhadap kedutaannya di Damaskus sebagai aksi teroris.
"Ini adalah tindakan yang jelas terorisme, mungkin ditujukan untuk mengintimidasi para pendukung perang melawan terorisme," kata Lavrov seperti dikutip menjelang pembicaraan dengan utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura.
Dalam kesempatan itu, Lavrov juga mengatakan Rusia mendukung upaya De Mistura untuk memastikan penyelesaian politik untuk krisis Suriah.
Lavrov mengaku kecewa oleh keengganan AS untuk mengkoordinasikan upaya semua pihak yang terlibat dalam memerangi terorisme di Suriah.
Perang sipil Suriah kini menjadi medan perang proksi, atau perang yang memanfaatkan pihak ketiga untuk berkelahi satu sama lain, antara Amerika Serikat dan Rusia.
Dalam manuever terbaru, AS mengirim 50 ton amunisi untuk berbagai kelompok pemberontak yang menentang rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Credit CNN Indonesia