Pembelian lebih dari 300 rudal Patriot
buatan AS dirasa mendesak oleh Saudi, menyusul ancaman yang semakin
nyata dari pemberontak Yaman dan Iran. (Dok. U.S. Department of Defense)
Menurut staf senior Lockheed kepada Reuters, Rabu (14/10), kesepakatan pekan lalu itu adalah bagian dari rencana pembelian 600 rudal Patriot AS oleh Saudi senilai US$5,4 miliar atau lebih dari Rp72,8 triliun yang disetujui dalam pembicaraan kedua negara Juli lalu.
Arab Saudi, sekutu dekat AS di Timur Tengah, saat ini berpartisipasi dalam upaya koalisi pembasmi ISIS di Suriah serta memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Rudal Patriot PAC-3 yang ampuh menghadang pesawat tempur dan rudal musuh saat ini digunakan oleh AS, Belanda, Jerman, Jepang, Taiwan dan Uni Emirat Arab.
Joe Garland, wakil presiden divisi pengembangan rudal dan senjata api Lockheed mengatakan Saudi akan membeli 280 rudal Patriot lainnya pada tahun depan.
Dia mengatakan Saudi juga tertarik membli sistem anti-rudal balistik Lockheed yaitu Terminal High Altitude Area Defence atau THAAD. Rencananya kesepakatan pembelian akan dilakukan pada 2017 mendatang.
Sebelumnya Lockheed telah mengatakan Saudi berpotensi membeli THAAD, namun kesepakatan pembelian akan memakan waktu tiga hingga lima tahun ke depan.
Kementerian Luar Negeri AS menolak mengomentari pembelian ini.
Menurut Garland, Saudi meningkatkan pertahanannya menyusul meningkatnya ancaman di kawasan.
Riki Ellison, pendiri lembaga non-profit Missile Defense Advocacy Alliance, mengatakan pengembangan alat pertahanan bagi Saudi sangat mendesak karena militan di Yaman mulai menembakkan rudal Scud ke wilayah Saudi dan pertahanan Iran juga semakin meningkat.
Terpisah, pemerintah AS pada Rabu kemarin mengatakan telah menyetujui rencana penjualan sembilan helikopter Black Hawk UH-60M buatan Sikorsky Aircraft, bagian dari perusahaan United Technologies Corp, seharga US$495 juta.
credit CNN Indonesia