Rabu, 13 Maret 2019

Sebagian Besar Negara Serentak Kandangkan Boeing 737 MAX 8



Sebagian Besar Negara Serentak Kandangkan Boeing 737 MAX 8
Sebagian Besar Negara Serentak Kandangkan Boeing 737 MAX 8


SINGAPURA - Dampak insiden jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines di Kota Addis Ababa, Ethiopia, Minggu (10/3) kian meluas. Kini sebagian besar negara di dunia telah melarang pesawat Boeing 737 MAX 8 mengudara. Mereka khawatir dengan keamanan sistem otomatisasi anti-stalling pesawat pabrikan perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut.

Kasus kecelakaan pesawat berjenis sama yang dialami Lion Air di perairan Karawang lima bulan lalu juga makin membuat sejumlah maskapai di dunia memilih mengandangkan pesawatnya. Kemarin otoritas Penerbangan Sipil Singapura telah melarang seluruh jenis Boeing 737 MAX terbang dari dan ke Bandara Changi Singapura, baik yang dioperasikan maskapai lokal ataupun asing.

Maskapai penerbangan Singapura SilkAir yang mengoperasikan enam unit MAX 8 juga telah terdampak. Maskapai lainnya yang ikut terdampak ialah China Southern Airlines, Shandong Airlines, dan Thai Lion Air. SilkAir menyatakan seluruh penghentian operasi MAX 8 telah memengaruhi jadwal penerbangan. “Pelanggan yang terdampak akan kami hubungi untuk diakomodasi ulang,” ungkap SilkAir.

Otoritas Penerbangan Sipil Singapura berupaya meminimalisasi dampak dari kebijakan itu di Bandara Changi, terutama terhadap ratusan calon penumpang dengan berbagai cara. Namun, konsultan penerbangan dari CAPA, Ian Thomas mengatakan hal itu tidak dapat dihindari mengingat skalanya cukup besar.

Pemerintah China juga memerintahkan seluruh maskapai domestik untuk menunda operasi MAX 8. Administrasi Penerbangan Sipil China menyatakan kecelakaan MAX 8 di Ethiopia dan di Indonesia mirip. Mereka akan mencabut larangan itu jika MAX 8 lolos menjalani inspeksi intensif sesuai aturan dan prosedur.

Negara dan maskapai dunia lain yang turut melarang atau menghentikan operasi MAX 8 untuk sementara waktu ialah Korea Selatan yang mengoperasikan 8 unit, Mongolia, Australia, Argentina, COMAIR, Ethiopian Airlines, Cayman Airways (Cayman), GOL (Brasil), dan Aeromexico yang memiliki enam unit. Sampai saat ini jumlah pesawat MAX 8 mencapai 350 unit di seluruh dunia.

Kecelakaan Ethiopian Airlines di Kota Addis Ababa, Ethiopia, Minggu (10/3) telah menewaskan 157 kru dan penumpang. Sedangkan pada kecelakaan Lion Air di Laut Jawa menewaskan 189 orang. Kendati demikian, beberapa negara masih nekat mengoperasikan MAX 8 seperti AS, Rusia, Turki, Italia, Islandia, Norwegia, Uni Emirates Arab (UEA), dan Oman. 


Administrasi Penerbangan Federal AS menyatakan akan mengambil tindakan secepatnya jika ditemukan kesalahan di dalam sistem keamanan MAX 8. Sebagai pengguna Boeing, Southwest Airlines yang mengoperasikan 34 MAX 8 mengaku tetap percaya diri dengan keselamatan dan keamanan MAX 8. Begitu pun dengan American Airlines.

Sejauh ini Boeing sendiri tidak dapat memberikan panduan baru terkait MAX 8 mengingat insiden di Ethiopia masih diselidiki. “Kami mengirimkan ahli untuk membantu penyelidikan penyebab kecelakaan di Ethiopia. Keselamatan merupakan prioritas kami,” ungkap Boeing, dikutip channelnewsasia.com. “Penyelidikan masih dalam tahap awal. Tapi, sesuai informasi yang tersedia, kami tidak memiliki panduan baru,” tambah Boeing. 


Kepala Operasi IcelandAIr Jens Thordarson mengatakan, saat ini terlalu dini untuk mengaitkan antara kecelakaan di Ethiopia dengan di Indonesia. “Saat ini kami tidak memiliki alasan untuk takut terhadap MAX 8. Namun, semuanya dapat saja berubah tergantung hasil dari penyelidikan di Ethiopia,” kata Thordarson.

Terjunkan Tim untuk Inspeksi

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga bertindak tegas dengan melarang terbang 11 pesawat MAX 8, di mana 10 unit di antaranya dioperasikan Lion Air Group dan satu unit oleh Garuda Indonesia. Kebijakan itu dikeluarkan untuk memastikan pesawat layak terbang dan mengantisipasi insiden.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menerjunkan tim guna melakukan observasi dan penelitian terhadap pesawat Boeing 737 MAX 8 sejumlah maskapai di Indonesia yang operasionalnya telah dibekukan. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya juga menerjunkan tim untuk menilai kelayakan dari pesawat-pesawat tersebut.

"Kemenhub melalui Dirjen Udara telah melakukan grounded sementara," ungkap Budi Karya seusai seminar Nasional Himpuni di Kota Semarang kemarin. Menhub menyatakan bahwa pesawat jenis tersebut tentunya boleh terbang kembali jika nanti tidak ditemukan masalah, tetapi sebaiknya ada konsekuensi jika nanti terdapat temuan dari tim Kemenhub.

"Akan dilakukan dalam satu minggu ini. Kita langsung (periksa) ke pesawatnya, tapi Boeing akan diinformasikan," ungkapnya.
Menurutnya, pemeriksaan pesawat diperlukan untuk meminimalisasi kemungkinan buruk terjadi kembali. "Maskapai Lion (Air) dan Garuda (Indonesia) menyatakan setuju untuk lakukan (pemeriksaan) itu," jelasnya.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti mengatakan, inspeksi dilakukan untuk memastikan pesawat laik operasi. “Inspeksi ini dilakukan sejak Selasa, 12 Maret diawali dengan melakukan pengecekan langsung milik maskapai Garuda Indonesia,” ucapnya di Jakarta kemarin. Pengecekan dilakukan untuk memastikan sistem air speed, latitude, dan angle of attack beroperasi dengan baik.

Vice President Airworthiness Garuda Indonesia Purnomo mengatakan, saat ini pesawat Boeing 737 MAX 8 dikandangkan sementara sambil menunggu arah akan lebih lanjut dari pihak otoritas dalam hal ini Kemenhub.

Sementara Lion Air Group menyatakan menunda kedatangan empat pesawat Boeing 737 MAX yang rencananya tiba tahun ini. Selain itu, kelompok usaha tersebut juga tengah bernegosiasi dengan Boeing untuk membatalkan pemesanan sebanyak 205 pesawat lain dengan tipe Boeing 737 seri MAX.

Managing Director Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro menjelaskan, Lion Air Group sebenarnya sudah memesan pesawat Boeing 737 MAX sebanyak 222 unit hingga 2035 senilai USD22 miliar. Dari jumlah tersebut, 13 pesawat sudah diterima Lion Air Group dengan rincian 11 unit Boeing 737 MAX 8 dioperasikan Lion Air dan 2 Boeing737 MAX 9 digunakan oleh Thai Lion Air.


Saat ini Lion Air mengoperasikan 10 Boeing 737 MAX 8 karena satu unit lainnya mengalami musibah pada Oktober 2018. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengonfirmasi WNI yang menjadi korban adalah Harina Hafitz. Sehari-hari Harina bertugas di Program Pangan Dunia (WFP) dan tinggal di Italia. Direktur Eksekutif WFP David Beasley menyebutkan, tujuh stafnya telah menjadi korban. “Semua keluarga mereka telah kami hubungi,” kata David.

Menurut PBB, sebanyak 19 orang merupakan personel Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Program Pangan Dunia (WFP), Badan Pengungsi PBB (UNRA), Bank Dunia, dan Badan Lingkungan PBB (UNEA). Mereka sedang menuju Nairobi, Kenya, untuk mengikuti pertemuan tahunan Program Lingkungan PBB.


Credit  sindonews.com