PARIS
- Para demonstran “rompi kuning” membakar sebuah bank dan menjarah
banyak toko di Champs Elysees, Paris. Itu terjadi di saat demonstran
rompi kuning menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron dan reformasi
pro-bisnis yang digalakkanya. Polisi menembakkan gas air mata dan meriam
air kepada para demonstran yang rusuh setelah beberapa pekan aksi
dilaksanakan dengan tenang pada Sabtu (16/3) waktu setempat.
Demonstrasi rompi kuning sudah kehilangan momen dengan turunnya jumlah para demonstrasi yang mengikuti aksi tersebut. Bank Banque Tarneaud dibakar demonstrasi sebelum petugas pemadam kebakaran datang untuk menyelamatkan seorang perempuan dan bayinya yang berada di gedung. Pembakaran gedung tersebut mengakibatkan 11 orang mengalami luka ringan.
Para perusuh juga membakar toko tas dan dua kios koran di Champs Elysees. Mereka juga menjarah isi toko yang menjual pakaian dan tas dengan brand ternama. Polisi huru hara berusaha menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi kerusuhan terutama di monument Arch de Triomphe.
Demonstrasi rompi kuning sudah kehilangan momen dengan turunnya jumlah para demonstrasi yang mengikuti aksi tersebut. Bank Banque Tarneaud dibakar demonstrasi sebelum petugas pemadam kebakaran datang untuk menyelamatkan seorang perempuan dan bayinya yang berada di gedung. Pembakaran gedung tersebut mengakibatkan 11 orang mengalami luka ringan.
Para perusuh juga membakar toko tas dan dua kios koran di Champs Elysees. Mereka juga menjarah isi toko yang menjual pakaian dan tas dengan brand ternama. Polisi huru hara berusaha menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi kerusuhan terutama di monument Arch de Triomphe.
Kemudian Perdana Menteri (PM) Prancis Edouard Philippe, dalam wawancara dengan stasiun televisi BFM, mengatakan banyak orang yang melaksanakan demonstrasi terlibat dalam aksi kerusuhan. Dia menambahkan, otoritas bekerja untuk menjamin orang yang bertanggungjawab untuk diajukan ke pengadilan dan mendapatkan hukuman tegas.
“Tujuan utama adalah ketegasan total,” papar Philippe. Dia menambahkan, ribuan orang tertentu itu ingin menciptakan kerusuhan dan berkomitmen melaksanakan aksi kejahatan. Pengunjuk rasa rompi kuning berjanji menggelar unjuk rasa lebih besar untuk memperingati empat bulan aksi mereka sejak gerakan itu muncul pada pertengahan November.
Awalnya mereka menentang kenaikan pajak bahan bakar dan biaya hidup, kini aksi mereka menargetkan pemerintahan Macron. Hal terpisah, aksi demonstrasi damai menentang perubahan iklim di Paris tengah diikuti lebih dari 36.000 orang. Secara nasional diikuti oleh 145.000 orang.
Seiring dengan ekskalasi kerusuhan setiap aksi demonstrasi, Macron memberikan paket konsensi senilai lebih dari USD11 miliar untuk meningkatkan pendapatan pekerja miskin dan pensiunan. Macron semakin tak berdaya dan akan memenuhi segala tuntutan para demonstran.
Dia berjanji akan meningkatkan upah minum. Macron akan menghapus pajak bagi pensiun. Dia ingin membangun masa depan yang lebih bagi dan upaya saling menghormati satu sama lain dan menyerukan dialog untuk mengatasi perbedaan pandangan.
Pemerintah Prancis memerintahkan agar polisi mengatasi demonstrasi sejak Januari di mana petugas keamanan dianggap bertindak brutal. Mantan bankir investasi berusia 41 tahun juga meluncurkan serangkaian debat nasional untuk menentukan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
Sebelumnya, ada pesan tahun barunya, Macron berjanji akan melanjutkan agenda reformasinya. “Kita tidak bisa bekerja lambat, menghasilkan lebih banyak, memotong pajak, dan meningkatkan belanja,” ujarnya. Menghadapi popularitas yang rendah, Macron diperkirakan akan mengumumkan rencana kebijakannya untuk beberapa bulan mendatang.
Pemerintahan Presiden Macron sangat terguncang dengan kerusuhan tersebut. Mereka menyebut para demonstran ingin menggulingkan pemerintahan. Para demonstran umumnya adalah pekerja dengan gaji rendah dan penentang Macron yang dianggap tuli terhadap tuntutan rakyat kecil serta memperhatikan orang kaya semata.
“Mereka tidak memiliki hak untuk meninggalkan kita ada situasi sulit seperti saat ini,” kata demonstran Francois Cordier, dilansir Reuters. “Kita sudah muak dengan perbudakan dan kita seharusnya mampu hidup dengan gaji kita,” imbuhnya. Jajak pendapat terbaru yang dirilis pada akhir tahun lalu, dukungan publik Prancis terhadap aksi demonstrasi meningkat menjadi 66%.
Sedangkan popularitas Macron turun hingga 23% atau berada di titik krisis. Macron disebut sebagai "presiden orang kaya" karena menaikkan harga bakar minyak. Sementara itu, penjualan sampanye di Prancis mengalami penurunan dikarenakan Brexit (Britain dan Exit) dan demonstrasi rompi kuning. Penurunan penjualan kali terendah sejak 2004.
Kemudian Perdana Menteri (PM) Prancis Edouard Philippe, dalam wawancara dengan stasiun televisi BFM, mengatakan banyak orang yang melaksanakan demonstrasi terlibat dalam aksi kerusuhan. Dia menambahkan, otoritas bekerja untuk menjamin orang yang bertanggungjawab untuk diajukan ke pengadilan dan mendapatkan hukuman tegas.
“Tujuan utama adalah ketegasan total,” papar Philippe. Dia menambahkan, ribuan orang tertentu itu ingin menciptakan kerusuhan dan berkomitmen melaksanakan aksi kejahatan. Pengunjuk rasa rompi kuning berjanji menggelar unjuk rasa lebih besar untuk memperingati empat bulan aksi mereka sejak gerakan itu muncul pada pertengahan November.
Awalnya mereka menentang kenaikan pajak bahan bakar dan biaya hidup, kini aksi mereka menargetkan pemerintahan Macron. Hal terpisah, aksi demonstrasi damai menentang perubahan iklim di Paris tengah diikuti lebih dari 36.000 orang. Secara nasional diikuti oleh 145.000 orang.
Seiring dengan ekskalasi kerusuhan setiap aksi demonstrasi, Macron memberikan paket konsensi senilai lebih dari USD11 miliar untuk meningkatkan pendapatan pekerja miskin dan pensiunan. Macron semakin tak berdaya dan akan memenuhi segala tuntutan para demonstran.
Dia berjanji akan meningkatkan upah minum. Macron akan menghapus pajak bagi pensiun. Dia ingin membangun masa depan yang lebih bagi dan upaya saling menghormati satu sama lain dan menyerukan dialog untuk mengatasi perbedaan pandangan.
Pemerintah Prancis memerintahkan agar polisi mengatasi demonstrasi sejak Januari di mana petugas keamanan dianggap bertindak brutal. Mantan bankir investasi berusia 41 tahun juga meluncurkan serangkaian debat nasional untuk menentukan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
Sebelumnya, ada pesan tahun barunya, Macron berjanji akan melanjutkan agenda reformasinya. “Kita tidak bisa bekerja lambat, menghasilkan lebih banyak, memotong pajak, dan meningkatkan belanja,” ujarnya. Menghadapi popularitas yang rendah, Macron diperkirakan akan mengumumkan rencana kebijakannya untuk beberapa bulan mendatang.
Pemerintahan Presiden Macron sangat terguncang dengan kerusuhan tersebut. Mereka menyebut para demonstran ingin menggulingkan pemerintahan. Para demonstran umumnya adalah pekerja dengan gaji rendah dan penentang Macron yang dianggap tuli terhadap tuntutan rakyat kecil serta memperhatikan orang kaya semata.
“Mereka tidak memiliki hak untuk meninggalkan kita ada situasi sulit seperti saat ini,” kata demonstran Francois Cordier, dilansir Reuters. “Kita sudah muak dengan perbudakan dan kita seharusnya mampu hidup dengan gaji kita,” imbuhnya. Jajak pendapat terbaru yang dirilis pada akhir tahun lalu, dukungan publik Prancis terhadap aksi demonstrasi meningkat menjadi 66%.
Sedangkan popularitas Macron turun hingga 23% atau berada di titik krisis. Macron disebut sebagai "presiden orang kaya" karena menaikkan harga bakar minyak. Sementara itu, penjualan sampanye di Prancis mengalami penurunan dikarenakan Brexit (Britain dan Exit) dan demonstrasi rompi kuning. Penurunan penjualan kali terendah sejak 2004.
Credit sindonews.com