RIYADH
- Pasukan pertahanan udara Arab Saudi mengintersepsi rudal yang
ditembakkan milisi Houthi Yaman ke wilayah Jizan di Saudi. Misil yang
dicegat pada hari Selasa itu diklaim sebagai rudal Badr 1.
Klaim soal jenis rudal itu muncul dari stasiun televisi Al-Masirah, media yang dikelola Houthi, yang dilansir Reuters, Rabu (11/7/2018). Menurut lapiran tersebut, rudal Badr 1 menargetkan Jizan Economic City, di mana Saudi Aramco sedang membangun kilang yang diperkirakan akan beroperasi penuh pada 2019.
Belum ada laporan tentang kemungkinan adanya kerusakan maupun korban jiwa dalam serangan terbaru pemberontak Yaman tersebut.
Kelompok Houthi yang mengendalikan ibu kota Yaman, Sanaa, telah menembakkan lusinan rudal ke wilayah Kerajaan Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar misil yang ditembakkan telah dihalau oleh militer Saudi.
Permusuhan antara Saudi dan Houthi muncul setelah koalisi Arab yang dipimpin Saudi meluncurkan agresi di Yaman tahun 2015 atas permintaan Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi. Presiden Hadi meminta bantuan Riyadh setelah nyaris digulingkan kelompok Houthi.
Jizan dan daerah di sekitarnya telah menjadi target terbanyak oleh serangan rudal Houthi Yaman. Meski demikian, sebagian besar senjata yang ditembakkan itu berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Saudi.
Pasukan pro-pemerintah Yaman yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab saat ini menanahan diri untuk tidak beraksi di Hudaidah, kota di kawasan pelabuhan Laut Merah. Mereka menunggu militan Houthi memenuhi janjinya untuk mundur dari wilayah tersebut.
Operasi militer pasukan pro-pemerintah Yaman, yang bertujuan untuk menguasai Hudaidah telah dimulai sejak 13 Juni setelah Houthi mengabaikan tawaran pemerintah untuk menyelesaikan konflik secara damai. Tawaran tersebut berakhir 12 Juni lalu.
Pemerintah menyatakan bahwa mereka telah menggunakan semua opsi politik dan cara diplomatik untuk membuat para pemberontak mundur dari kawasan pelabuhan.
Klaim soal jenis rudal itu muncul dari stasiun televisi Al-Masirah, media yang dikelola Houthi, yang dilansir Reuters, Rabu (11/7/2018). Menurut lapiran tersebut, rudal Badr 1 menargetkan Jizan Economic City, di mana Saudi Aramco sedang membangun kilang yang diperkirakan akan beroperasi penuh pada 2019.
Belum ada laporan tentang kemungkinan adanya kerusakan maupun korban jiwa dalam serangan terbaru pemberontak Yaman tersebut.
Kelompok Houthi yang mengendalikan ibu kota Yaman, Sanaa, telah menembakkan lusinan rudal ke wilayah Kerajaan Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar misil yang ditembakkan telah dihalau oleh militer Saudi.
Permusuhan antara Saudi dan Houthi muncul setelah koalisi Arab yang dipimpin Saudi meluncurkan agresi di Yaman tahun 2015 atas permintaan Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi. Presiden Hadi meminta bantuan Riyadh setelah nyaris digulingkan kelompok Houthi.
Jizan dan daerah di sekitarnya telah menjadi target terbanyak oleh serangan rudal Houthi Yaman. Meski demikian, sebagian besar senjata yang ditembakkan itu berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Saudi.
Pasukan pro-pemerintah Yaman yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab saat ini menanahan diri untuk tidak beraksi di Hudaidah, kota di kawasan pelabuhan Laut Merah. Mereka menunggu militan Houthi memenuhi janjinya untuk mundur dari wilayah tersebut.
Operasi militer pasukan pro-pemerintah Yaman, yang bertujuan untuk menguasai Hudaidah telah dimulai sejak 13 Juni setelah Houthi mengabaikan tawaran pemerintah untuk menyelesaikan konflik secara damai. Tawaran tersebut berakhir 12 Juni lalu.
Pemerintah menyatakan bahwa mereka telah menggunakan semua opsi politik dan cara diplomatik untuk membuat para pemberontak mundur dari kawasan pelabuhan.
Credit sindonews.com