Selasa, 10 Juli 2018

Ini Permintaan PM Israel ke Rusia Terkait Perang Suriah

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Moskow, Rusia, 29 Januari 2018. Maxim Shemetov/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Moskow, Rusia, 29 Januari 2018. Maxim Shemetov/Reuters

CB, Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Natenyahu, memberikan permintaan kepada Rusia terkait Suriah. Terlepas dari pernyataan Iran bahwa negara itu hanya memberikan dukungan penasihat militer kepada pemerintah Bashar al-Assad, pejabat senior Israel mengatakan bahwa Tel Aviv tidak akan membiarkan militer Iran menginjakkan kaki di Suriah.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin pada 11 Juli untuk menegaskan kembali bahwa Tel Aviv tidak akan mentolerir masuknya pengaruh Iran di Suriah.

"Minggu ini saya akan terbang ke Moskow untuk pertemuan penting dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kami bertemu dari waktu ke waktu untuk memastikan koordinasi keamanan dan tentu saja, untuk membahas pembangunan daerah," kata Netanyahu seperti dilaporkan Sputniknews, 9 Juli 2018.Lebih lanjut Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa dia akan menekankan dua prinsip dasar kebijakan Israel pada pertemuan tersebut.
"Pertama, kami tidak akan mentoleransi kehadiran militer Iran dan pengaruhnya di mana saja di Suriah, tidak dekat dengan perbatasan dan jauh dari perbatasan. Kedua, kami akan menuntut Suriah, dan militer Suriah, menegakkan Perjanjian Pemisahan Pasukan 1974," tambah Netanyahu. Perjanjian 1974 adalah kesepakatan tentang gencatan senjata antara Israel dan Suriah, yang secara resmi mengakhiri perang Arab-Israel 1973.

Peran Iran di Suriah dikabarkan akan dibahas pada pertemuan 16 Juli antara Vladimir Putin dan Presiden Donald Trump di Helsinki, Finlandia. Pekan lalu, Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS, John Bolton, menyatakan bahwa pertemuan penting itu akan menawarkan kemungkinan perundingan yang lebih besar untuk membantu mengeluarkan pasukan Iran dari Suriah. Namun laporan itu dibantah oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Foto diambil dari video yang dirilis pada Sabtu, 7 Juli 2018 oleh Media Militer Suriah milik pemerintah, yang menunjukkan konvoi kendaraan militer Suriah dekat perbatasan Naseeb dengan Yordania, di provinsi selatan Daraa, Suriah.[Media Militer Suriah Tengah via AP]
Israel telah berulang kali menyatakan kekhawatirannya atas dugaan upaya Iran untuk membentuk faksi militer permanen di Suriah, sehingga memperluas pengaruhnya di seluruh wilayah. Iran berulang kali membantah tuduhan ini dan menekankan bahwa negara itu hanya mengirim penasihat militer atas permintaan pemerintah Suriah untuk melatih pasukan yang setia kepada Damaskus dalam perang melawan teror.
Sementara menanggapi kehawatiran Israel, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, menyatakan bahwa Iran memiliki penasehat militer di Suriah dalam upaya untuk membantu pemerintah Damaskus dalam memerangi teroris, dan mengatakan bahwa kekhawatiran Tel Aviv tidak relevan.
"Kehadiran Iran di Suriah terbatas pada penasihat militer dan tentara yang membantu warga Suriah dalam perang melawan terorisme," kata Mikhail Bogdanov, seperti dikutip dari Farsnews.

Wakil menteri luar negeri Rusia, bagaimanapun mengatakan bahwa Rusia khawatir bahwa konfrontoasi antara Israel dan Iran di wilayah Suriah serta serangan udara Israel dapat mengakibatkan konflik regional berskala besar."Sejauh yang kami ketahui, pasukan Iran tidak ada di wilayah Suriah. Ada prajurit Iran sebagai penasihat. Saya pikir jumlah mereka, meskipun saya tidak tahu pasti, sangat terbatas," Mikhail Bogdanov.



Credit  tempo.co