Jumat, 13 Juli 2018

Donald Trump Sebut Jerman 'Tawanan' Rusia, Ini Balasan Merkel


Presiden AS, Donald Trump, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dalam pertemuan bilateral mereka saat KTT NATO, Rabu, 11 Juli 2018 di Brussels, Belgia. [AP Photo / Pablo Martinez Monsivais]
Presiden AS, Donald Trump, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dalam pertemuan bilateral mereka saat KTT NATO, Rabu, 11 Juli 2018 di Brussels, Belgia. [AP Photo / Pablo Martinez Monsivais]

CB, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuduh Jerman sebagai "tawanan" Rusia karena ketergantungan energinya. Pernyataan ini dillontarkan Trump di hari pertama KTT NATO di Brussels, Belgia, 11 Juli 2018.
Setelah mengecam anggota NATO karena gagal mencapai target pengeluaran 2 persen dari pendapatan nasional untuk pertahanan, Trump mengatakan pada sesama pemimpin di Brussels dia akan lebih memilih target 4 persen, serupa dengan anggaran yang dikeluarkan Amerika Serikat.

Ini akan menjadi perdebatan bagi anggotanya karena prioritas anggaran di Eropa ditargetkan hanya mencapai 2 persen pada 2024 atau lebih.Pada akhir sesi pertama KTT, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan tujuan awal adalah untuk mencapai 2 persen, tetapi beberapa saat kemudian Trump menulis di Twitter bahwa sekutu yang berperang dagang dengan Amerika Serikat pada perdagangan dan diperlukan untuk segera menghabiskan .
Seteru ini adalah bagian dari pendekatan "America First" yang didengungkan Donald Trump. Trump menyebut bahwa Jerman dikontrol oleh Rusia.
Trump menyatakan bahwa kerjasama proyek pipa gas alam antara Jerman dan Rusia teah membuat pemerintahan Angela Merkel "benar-benar dikuasai" dan "tertawan ke Rusia."
"Apa gunanya NATO jika Jerman membayar Rusia miliaran dolar untuk gas dan energi?" tulis Trump di Twitter setelah pertemuan dengan delegasi Jerman, seperti dilaporkan Associated Press, 12 Juli 2018.

Nord Stream 2 [Sputniknews]
Kanselir Jerman, Angela Merkel, langsung membalas teguran singkat Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa Jerman adalah negara berdaulat yang membuat keputusan sendiri.
"Saya telah mengalami sendiri bagaimana bagian dari Jerman dikendalikan oleh Uni Soviet. Saya sangat senang bahwa hari ini kita bersatu dalam kebebasan, Republik Federal Jerman. Karena itu kita dapat mengatakan bahwa kita dapat membuat kebijakan independen dan membuat keputusan independen. Itu sangat bagus, terutama bagi orang-orang di Jerman timur," kata Angela Merkel, seperti dilaporkan Russia Today.
Angel Merkel juga menolak tuduhan bahwa Jerman tidak cukup berkontribusi terhadap anggaran NATO.
"Jerman melakukan banyak hal untuk NATO. Jerman adalah penyedia pasukan terbesar kedua, bagian terbesar dari kapasitas militer kami ditawarkan kepada NATO dan sampai hari ini kami memiliki keterlibatan yang kuat terhadap Afghanistan. Dalam hal itu kami juga membela kepentingan Amerika Serikat," lanjut Merkel.
Menanggapi perselisihan ini, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa proyek pipa gas Nord Stream 2 bukanlah urusan NATO.
"Ini bukan urusan NATO memutuskan, ini adalah keputusan nasional," kata Jens Stoltenberg, seperti dilansir dari Sputniknews, dan menambahkan bahwa sekutu NATO berdagang dengan Rusia, bahkan selama Perang Dingin.

Ucapannya datang sebagai tanggapan terhadap serangan Donald Trump yang menyengat lainnya pada proyek pipa Nord Stream 2. Tump menyebut Jerman "tawanan Rusia", mengklaim bahwa kesepakatan gas "tidak pantas" dengan Rusia yang telah membuat Berlin "sepenuhnya dikendalikan" oleh Kremlin.Presiden AS menyesalkan bahwa di bawah proyek Nord Stream 2, Jerman membayar miliaran dolar ke Rusia. Pada Maret, Jerman menyetujui proyek yang dipimpin Gazprom untuk membangun pipa Nord Stream 2 untuk membawa gas Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik.
Trump menjadi penentang paling vokal dari Nord Stream 2. Pada Mei, ia menuntut Jerman untuk membatalkan proyek pipa untuk mengamankan kesepakatan perdagangan yang tidak akan mencakup tarif aluminium dan baja yang tinggi.
Donald Trump telah mempromosikan gas alam cair Amerika (LNG) dalam upaya untuk mengangkat ekspor ke Eropa. Pada Juli 2017, dia mengajukan produk ke 12 negara Eropa Tengah dan Timur sebagai alternatif untuk impor energi dari pemasok lain.



Credit  tempo.co