Manila (CB) - Seorang wakil wali kota tewas diserang oleh
dua orang penembak yang mengendarai motor, pada Rabu di satu kota di
Filipina Selatan.
Wakil wali kota itu menjadi pejabat daerah keempat yang dibunuh dalam waktu satu pekan.
Satu di antara empat pejabat itu dikatakan Presiden Rodrigo Duterte mungkin terkait dengan narkoba.
Serangan pada Rabu menjadikan jumlah wali kota dan wakil wali kota yang tewas 16 orang setelah Duterte melancarkan gerakan maut antinarkotika sejak ia mulai menjabat sebagai presiden pada 2016, lapor media massa.
"Kami sedang menyelidiki motif pembunuhan tersebut," kata Allan Nazaro, Kepala Kepolisian Zamboanga City, setelah serangan Rabu, seperti dilansir Reuters.
Serangan itu terjadi terhadap Al Rashid Mohammad Ali, wakil wali kota Sapa-sapa di provinsi paling selatan Filipina, Tawi-Tawi.
Seorang kerabat sedang menyupiri Ali di dalam kendaraannya ketika para pria itu melepaskan tembakan, tambah Nazaro.
Tiga wali kota, yang berada dalam daftar pantauan Duterte mengenai pejabat-pejabat daerah yang diduga terkait dengan narkoba, tewas dalam kurun waktu dua tahun. Ali sendiri adalah wakil wali kota kedua yang dibunuh.
Pekan lalu, Wali Kota Tanauan di Batangas, Antonio Halili, terkena tembakan peluru di dadanya saat menghadiri upacara penaikan bendera.
Halili menjadi perhatian pada 2016 karena mengarak-arak para tersangka pelanggar narkoba di jalanan, namun Duterte memasukkannya ke dalam daftar para pemimpin daerah yang harus diawasi.
Duterte mengatakan Halili kemungkinan memiliki keterlibatan dengan narkoba dan menyebut aksinya mengarak para tersangka itu merupakan taktik untuk meyakinkan polisi bahwa ia tidak terkait dengan perdagangan obat-obatan terlarang. Putri Halili membantah bahwa ayahnya memiliki kaitan dengan narkoba.
Pada Selasa, sejumlah pria bersenjata yang berkendaraan motor membunuh pemimpin kota General Tinio di provinsi Nueva Ecija, Wali Kota Ferdinand Bote, namun kepolisian mengatakan Bote tidak terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.
Alexander Lubigan, dari Trece Martires di selatan Manila, juga dibunuh dalam penyerapan pada Sabtu.
Wakil wali kota itu menjadi pejabat daerah keempat yang dibunuh dalam waktu satu pekan.
Satu di antara empat pejabat itu dikatakan Presiden Rodrigo Duterte mungkin terkait dengan narkoba.
Serangan pada Rabu menjadikan jumlah wali kota dan wakil wali kota yang tewas 16 orang setelah Duterte melancarkan gerakan maut antinarkotika sejak ia mulai menjabat sebagai presiden pada 2016, lapor media massa.
"Kami sedang menyelidiki motif pembunuhan tersebut," kata Allan Nazaro, Kepala Kepolisian Zamboanga City, setelah serangan Rabu, seperti dilansir Reuters.
Serangan itu terjadi terhadap Al Rashid Mohammad Ali, wakil wali kota Sapa-sapa di provinsi paling selatan Filipina, Tawi-Tawi.
Seorang kerabat sedang menyupiri Ali di dalam kendaraannya ketika para pria itu melepaskan tembakan, tambah Nazaro.
Tiga wali kota, yang berada dalam daftar pantauan Duterte mengenai pejabat-pejabat daerah yang diduga terkait dengan narkoba, tewas dalam kurun waktu dua tahun. Ali sendiri adalah wakil wali kota kedua yang dibunuh.
Pekan lalu, Wali Kota Tanauan di Batangas, Antonio Halili, terkena tembakan peluru di dadanya saat menghadiri upacara penaikan bendera.
Halili menjadi perhatian pada 2016 karena mengarak-arak para tersangka pelanggar narkoba di jalanan, namun Duterte memasukkannya ke dalam daftar para pemimpin daerah yang harus diawasi.
Duterte mengatakan Halili kemungkinan memiliki keterlibatan dengan narkoba dan menyebut aksinya mengarak para tersangka itu merupakan taktik untuk meyakinkan polisi bahwa ia tidak terkait dengan perdagangan obat-obatan terlarang. Putri Halili membantah bahwa ayahnya memiliki kaitan dengan narkoba.
Pada Selasa, sejumlah pria bersenjata yang berkendaraan motor membunuh pemimpin kota General Tinio di provinsi Nueva Ecija, Wali Kota Ferdinand Bote, namun kepolisian mengatakan Bote tidak terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.
Alexander Lubigan, dari Trece Martires di selatan Manila, juga dibunuh dalam penyerapan pada Sabtu.
Credit antaranews.com