Dilaporkan media lokal yang dikutip Middle East Monitor, Selasa
(21/11), dalam kesepakatan tersebut India akan membeli 8.000 rudal
anti-tank Spike dan 300 peluncur rudal. Menurut sumber dari India,
pembatalan kesepakatan tersebut hanya karena ingin memperkuat industri
pertahanan lokal.
"Berdasarkan rincian kesepakatan tersebut, Israel telah
berjanji membangun pabrik perakitan lokal untuk menciptakan pekerjaan di
India," menurut sumber dari orang India yang dianggap mengetahui
kesepakatan itu.
Kesepakatan itu akan segera ditandatangani, namun karena
mendapat tekanan dari industri senjata India, Kementerian pertahanan
membatalkannya. Sumber tersebut mengatakan tentara India telah
mengkritik keputusan kementerian pertahanan karena roket buatan lokal
akan membutuhkan waktu lama untuk dikembangkan.
Sumber tersebut juga menilai keputusan dari Kementerian
pertahanan itu akan berpengaruh pada kunjungan Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu yang dijadwalkan pada Januari mendatang. Kunjungan
itu sebagai tanggapan atas kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi
pada Juli.
Akan tetapi, Rafael Advance Defense Systems justru
mengatakan belum mengetahui secara resmi memgenai adanya perubahan apa
pun terhadap kontrak tersebut.
Credit REPUBLIKA.CO.ID