WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah memutuskan
strategi baru untuk Afghanistan. Menurut Gedung Putih, strategi yang
telah lama ditunggu ini akan diumumkan pada Senin malam.
Pernyataan Gedung Putih mengatakan Trump akan mengumumkan pidato dari Fort Myer, Virginia, dekat Washington. "Trump akan memberikan update rencana ke depan dari keterlibatan AS di Afghanistan dan Asia Selatan," kata Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Senin (21/8/2017).
Ini akan menjadi pidato utama ketiga Trump sebagai presiden setelah pidato ke Kongres pada bulan Februari yang merupakan bagian dari tradisi tahunan untuk presiden AS. Sebelumnya ia juga mengumumkan Neil Gorsuch yang dipilihnya untuk duduk di Mahkamah Agung AS pada bulan Januari lalu.
Trump mencapai keputusan terhadap Afghanistan setelah melakukan pembicaraan panjang dengan perwira keamanan nasional dan militernya di Camp David, Maryland, pada hari Jumat.
Presiden, yang meluncurkan sebuah tinjauan strategi untuk wilayah tersebut tak lama setelah menjabat pada bulan Januari, telah menyatakan lelah dengan perang Afghanistan yang telah berlangsung lama. Perang Afghanistan diluncurkan oleh Presiden George W. Bush setelah serangan 11 September 2001 di AS. Secara pribadi, Trump sendiri mempertanyakan apakah mengirim lebih banyak tentara AS adalah hal yang bijak.
"Kami tidak menang," kata Trump kepada penasihatnya pada pertemuan pertengahan Juli lalu. Ia mempertanyakan apakah Jenderal Angkatan Darat John Nicholson, komandan tertinggi AS di Afghanistan, harus dipecat, kata seorang pejabat.
Menteri Pertahanan Jim Mattis berpendapat bahwa kehadiran militer AS diperlukan untuk melindungi terhadap ancaman yang terus berlanjut dari militan Islam.
Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang untuk mencegah kemajuan gerilyawan Taliban, lebih dari 15 tahun sejak AS menyerang Afghanistan untuk menggulingkan pemerintah Taliban. Taliban memberikan al-Qaeda tempat perlindungan di mana kelompok itu merencanakan serangan 11 September.
Pejabat militer dan intelijen AS khawatir bahwa kemenangan Taliban akan memungkinkan afiliasi regional al-Qaeda dan ISIS untuk mendirikan basis di Afghanistan. Keduanya ditakutkan akan merencanakan serangan terhadap AS dan sekutu-sekutunya.
Salah satu alasan keputusan Gedung Putih memakan waktu lama, dua pejabat yang berpartisipasi dalam diskusi tersebut mengatakan, bahwa sulit membuat Trump menerima kebutuhan akan strategi regional yang lebih luas yang mencakup kebijakan AS terhadap Pakistan sebelum membuat keputusan mengenai apakah akan mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan.
Kedua pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, menolak untuk mengungkapkan keputusan Trump mengenai tingkat pasukan dan kebijakan Pakistan sebelum melakukannya.
Pernyataan Gedung Putih mengatakan Trump akan mengumumkan pidato dari Fort Myer, Virginia, dekat Washington. "Trump akan memberikan update rencana ke depan dari keterlibatan AS di Afghanistan dan Asia Selatan," kata Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Senin (21/8/2017).
Ini akan menjadi pidato utama ketiga Trump sebagai presiden setelah pidato ke Kongres pada bulan Februari yang merupakan bagian dari tradisi tahunan untuk presiden AS. Sebelumnya ia juga mengumumkan Neil Gorsuch yang dipilihnya untuk duduk di Mahkamah Agung AS pada bulan Januari lalu.
Trump mencapai keputusan terhadap Afghanistan setelah melakukan pembicaraan panjang dengan perwira keamanan nasional dan militernya di Camp David, Maryland, pada hari Jumat.
Presiden, yang meluncurkan sebuah tinjauan strategi untuk wilayah tersebut tak lama setelah menjabat pada bulan Januari, telah menyatakan lelah dengan perang Afghanistan yang telah berlangsung lama. Perang Afghanistan diluncurkan oleh Presiden George W. Bush setelah serangan 11 September 2001 di AS. Secara pribadi, Trump sendiri mempertanyakan apakah mengirim lebih banyak tentara AS adalah hal yang bijak.
"Kami tidak menang," kata Trump kepada penasihatnya pada pertemuan pertengahan Juli lalu. Ia mempertanyakan apakah Jenderal Angkatan Darat John Nicholson, komandan tertinggi AS di Afghanistan, harus dipecat, kata seorang pejabat.
Menteri Pertahanan Jim Mattis berpendapat bahwa kehadiran militer AS diperlukan untuk melindungi terhadap ancaman yang terus berlanjut dari militan Islam.
Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang untuk mencegah kemajuan gerilyawan Taliban, lebih dari 15 tahun sejak AS menyerang Afghanistan untuk menggulingkan pemerintah Taliban. Taliban memberikan al-Qaeda tempat perlindungan di mana kelompok itu merencanakan serangan 11 September.
Pejabat militer dan intelijen AS khawatir bahwa kemenangan Taliban akan memungkinkan afiliasi regional al-Qaeda dan ISIS untuk mendirikan basis di Afghanistan. Keduanya ditakutkan akan merencanakan serangan terhadap AS dan sekutu-sekutunya.
Salah satu alasan keputusan Gedung Putih memakan waktu lama, dua pejabat yang berpartisipasi dalam diskusi tersebut mengatakan, bahwa sulit membuat Trump menerima kebutuhan akan strategi regional yang lebih luas yang mencakup kebijakan AS terhadap Pakistan sebelum membuat keputusan mengenai apakah akan mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan.
Kedua pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, menolak untuk mengungkapkan keputusan Trump mengenai tingkat pasukan dan kebijakan Pakistan sebelum melakukannya.
Credit sindonews.com