Ilustrasi. Kelompok neo Nazi dan anti-fasis bertemu dalam demonstrasi di jalanan Berlin. (AFP Photo/Scott Olson)
Jakarta, CB --
Kelompok Neo Nazi yang tengah menggelar demonstrasi di jalanan
Berlin diadang oleh anti-fasis pada Sabtu waktu setempat (19/8). Suasana
pun menegang.
Peristiwa ini terjadi sepekan setelah demonstrasi supremasi kulit putih berubah mematikan di Charlottesville, Virginia. Polisi anti-kerusuhan dikerahkan menjaga para demonstran sayap kanan yang memeringati 30 tahun kematian Rudolf Hess, wakil pemimpin Nazi Adolf Hitler.
Menurut polisi, kelompok neo Nazi dan anti-fasis masing-masing mengerahkan sekitar 500 orang.
Dihukum karena percobaan kejahatan perang Nuremberg, Hess menjalani hukuman seumur hidup di Penjara Spandau.
Dia menjadi satu-satunya narapidana yang mendekam di sana, sejak 1966 hingga meninggal dunia pada 1987.
Simpatisan Nazi menghormati Hess karena tidak berpegang teguh pada pahamnya, hingga beberapa dekade setelah kejatuhan Reich Ketiga.
Salah satu spanduk bertuliskan 'saya tidak menyesali apapun' yang merupakan kata-kata terakhir Hess muncul di antara kerumunan. Sementara tulisan bernada protes lainnya menolak anggapan bahwa Hess melakukan bunuh diri pada usia 93 tahun.
Peristiwa ini terjadi sepekan setelah demonstrasi supremasi kulit putih berubah mematikan di Charlottesville, Virginia. Polisi anti-kerusuhan dikerahkan menjaga para demonstran sayap kanan yang memeringati 30 tahun kematian Rudolf Hess, wakil pemimpin Nazi Adolf Hitler.
Menurut polisi, kelompok neo Nazi dan anti-fasis masing-masing mengerahkan sekitar 500 orang.
Dihukum karena percobaan kejahatan perang Nuremberg, Hess menjalani hukuman seumur hidup di Penjara Spandau.
Dia menjadi satu-satunya narapidana yang mendekam di sana, sejak 1966 hingga meninggal dunia pada 1987.
Simpatisan Nazi menghormati Hess karena tidak berpegang teguh pada pahamnya, hingga beberapa dekade setelah kejatuhan Reich Ketiga.
Salah satu spanduk bertuliskan 'saya tidak menyesali apapun' yang merupakan kata-kata terakhir Hess muncul di antara kerumunan. Sementara tulisan bernada protes lainnya menolak anggapan bahwa Hess melakukan bunuh diri pada usia 93 tahun.
"[Kejadian] itu adalah pembunuhan. Cukup dengan kebohongan bunuh diri," demikian bunyi banner tersebut, dilaporkan CNN.
Sejak Perang Dunia II, undang-undang ketat di Jerman melarang simbol Nazi dan ucapan kebencian ada di negara tersebut.
Oleh karena itu, hanya satu dari 25 orang yang mengikuti aksi turun ke jalan diperbolehkan membawa bendera kekaisaran Jerman. Sementara itu, seluruh simpatisan dilarang memakai pakaian Nazi dan menampilkan swastika, simbol Nazi.
Penyelenggara peringatan ini juga memperingatkan demonstran untuk tidak bermain musik mars. Diiringi musik kematian, mereka diminta berjalan dengan tenang ke lokasi Penjara Spandau yang telah dihancurkan setelah kematian Hess.
Sementara itu, penentang anti-fasis meneriakkan olokkan "penjahat perang" pada para demonstran.
Di sisi lain, warga memainkan musik keras dari balkon untuk melawan suara para demonstran. Mereka memainkan lagu Michael Jackson yang melantunkan lirik, "it doesn't matter if you're black or white."
"Tidak masalah apakah Anda [berkulit] hitam atau putih," demikian terjemahan lirik tersebut.
Berkebalikan dengan Jerman, hukum Amerika justru mendukung hak-hak kelompok Neo Nazi, supremasi kulit putih, Ku Klux Klan dan grup pembenci lainnya yang melakukan demonstrasi dan mengekspresikan pandangan mereka secara terbuka.
Namun, Amerika harus menerima dampak buruk atas kebebasan itu. Pada demonstrasi Charlottesville pekan lalu, nyanyian anti-Semit dan rasis bergema di seluruh kota dan orang-orang secara terbuka bergerak dengan senjata.
Mereka pun terlibat bentrokkan dengan kelompok anti-fasis.
Seorang demonstrasi sayap kanan, Heather Heyer, terbunuh saat sebuah mobil menabrak kerumunan orang. Seorang pria Ohio ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan.
Credit cnnindonesia.com