Korut menyatakan serius
mempertimbangkan menembakkan rudal Hwasong-12 ke Guam, salah satu
wilayah kekuasaan AS di Pasifik. (KCNA via Reuters)
Jakarta, CB --
Tak lama setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan ultimatum,
Korea Utara langsung menyatakan secara serius mempertimbangkan rencana
untuk menembakkan rudal ke Guam, salah satu wilayah kekuasaan Amerika
Serikat di Pasifik.
"KPA [Tentara Rakyat Korea] sedang menimbang secara teliti rencana operasional untuk melepaskan tembakkan ke daerah sekitar Guam dengan rudal balistik strategis jarak menengah hingga jauh Hwasong-12 untuk menyerang markas militer AS di Guam, termasuk Pangkalan Udara Anderson," ujar juru bicara KPA, Rabu (9/8).
Jubir itu kemudian mengatakan, rencana selanutnya akan dilaporkan ke Komando Utama Korut dalam waktu dekat, tanpa menjelaskan waktu pastinya. Ia mengatakan, rencana ini dapat langsung diwujudkan jika pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, sudah menghendaki.
Pengamanan di Guam sendiri sudah diperketat sejak Senin (7/8). Dua pesawat pengebom B-1 terpantau mengitari langit Guam sebagai bagian dari operasi "kehadiran pengebom" yang menjadi simbol kepentingan strategis untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Dalam pemberitaan lain, seorang juru bicara tentara Korut juga menuding
AS tengah mempersiapkan "perang preventif". Jika perang ini benar
terwujud, Korut akan "perang mati-matian untuk menyapu semua wilayah
musuh, termasuk wilayah utama AS."
Diberitakan Reuters, jubir itu mengatakan, AS harus menghentikan provokasi militernya terhadap Korut untuk menghindari tindakan militer balasan dari Pyongyang.
Ancaman ini dilontarkan tak berapa lama setelah Trump mengultimatum Korut agar tidak lagi mengeluarkan ancaman terhadap AS. Ultimatum ini disampaikan setelah intelijen AS melaporkan, Korut dapat membentuk miniatur hulu ledak nuklir sebagai bagian dari program rudalnya.
"Korea Utara sebaiknya tidak melakukan ancaman lagi terhadap Amerika Serikat, atau mereka akan disambut dengan kemarahan yang belum pernah dilihat dunia," ujar Trump, dikutip dari CNN, Rabu (9/8).
Ultimatum ini merupakan salah satu pernyataan paling keras dari AS.
Sebelumnya, AS sudah berulang kali mendesak Korut untuk menghentikan
program rudal dan nuklirnya.
Desakan semakin kuat setelah Kim pada awal tahun mengatakan bahwa Korut akan mengembangkan program rudal balistik antarbenua (ICBM) mereka, kemudian melakukan sejumlah uji coba rudal.
Hingga akhirnya, Korut melakukan uji coba ICBM yang dianggap sukses dan diakui intelijen AS dapat mencapai wilayah negaranya. AS pun mengusulkan resolusi yang akhirnya disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan lalu.
Melalui resolusi yang disusun oleh AS itu, PBB akan memangkas nilai ekspor Korut hingga US$1 miliar atau setara Rp13,3 triliun.
PBB juga melarang seluruh ekspor batu bara, besi dan bijih besi, timah dan bijih timah, serta ikan dan makanan laut dari Korut. Secara keseluruhan, sanksi PBB akan memangkas sepertiga nilai ekspor tahunan Korut.
"KPA [Tentara Rakyat Korea] sedang menimbang secara teliti rencana operasional untuk melepaskan tembakkan ke daerah sekitar Guam dengan rudal balistik strategis jarak menengah hingga jauh Hwasong-12 untuk menyerang markas militer AS di Guam, termasuk Pangkalan Udara Anderson," ujar juru bicara KPA, Rabu (9/8).
Jubir itu kemudian mengatakan, rencana selanutnya akan dilaporkan ke Komando Utama Korut dalam waktu dekat, tanpa menjelaskan waktu pastinya. Ia mengatakan, rencana ini dapat langsung diwujudkan jika pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, sudah menghendaki.
Pengamanan di Guam sendiri sudah diperketat sejak Senin (7/8). Dua pesawat pengebom B-1 terpantau mengitari langit Guam sebagai bagian dari operasi "kehadiran pengebom" yang menjadi simbol kepentingan strategis untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Diberitakan Reuters, jubir itu mengatakan, AS harus menghentikan provokasi militernya terhadap Korut untuk menghindari tindakan militer balasan dari Pyongyang.
Ancaman ini dilontarkan tak berapa lama setelah Trump mengultimatum Korut agar tidak lagi mengeluarkan ancaman terhadap AS. Ultimatum ini disampaikan setelah intelijen AS melaporkan, Korut dapat membentuk miniatur hulu ledak nuklir sebagai bagian dari program rudalnya.
"Korea Utara sebaiknya tidak melakukan ancaman lagi terhadap Amerika Serikat, atau mereka akan disambut dengan kemarahan yang belum pernah dilihat dunia," ujar Trump, dikutip dari CNN, Rabu (9/8).
Desakan semakin kuat setelah Kim pada awal tahun mengatakan bahwa Korut akan mengembangkan program rudal balistik antarbenua (ICBM) mereka, kemudian melakukan sejumlah uji coba rudal.
Hingga akhirnya, Korut melakukan uji coba ICBM yang dianggap sukses dan diakui intelijen AS dapat mencapai wilayah negaranya. AS pun mengusulkan resolusi yang akhirnya disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan lalu.
Melalui resolusi yang disusun oleh AS itu, PBB akan memangkas nilai ekspor Korut hingga US$1 miliar atau setara Rp13,3 triliun.
PBB juga melarang seluruh ekspor batu bara, besi dan bijih besi, timah dan bijih timah, serta ikan dan makanan laut dari Korut. Secara keseluruhan, sanksi PBB akan memangkas sepertiga nilai ekspor tahunan Korut.
Credit CNN Indonesia
Balas Ancaman Trump, Korut Bakal Merudal Pangkalan Militer AS di Guam
SEOUL
- Militer Korea Utara (Korut) mengklaim serius mempertimbangkan rencana
serangan rudal terhadap pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Guam.
Reaksi Pyongyang ini sebagai balasan atas ancaman Presiden Donald Trump
yang memastikan akan merespons senjata nuklir rezim Kim Jong-un dengan
api dan amarah.
Negara komunis itu tidak merahasiakan rencana untuk mengembangkan rudal dengan hulu ledak nuklir yang mampu untuk menyerang wilayah AS. Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut telah mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan program nuklir dan misilnya.
Tentara Rakyat Korea (KPA) melalui seorang juru bicara yang diumumkan kantor berita negara, KCNA, mengatakan, rencana serangan terhadap Guam akan dipraktikkan kapanpun bila diperintah Kim Jong-un.
”Pasukan Strategis KPA sekarang dengan hati-hati memeriksa rencana operasional untuk membuat tembakan di daerah sekitar Guam dengan rudal balistik strategis jarak menengah Hwasong-12 terhadap pangkalan militer utama AS di Guam termasuk Pangkalan Angkatan Udara Anderson,” kata juru bicara KPA, yang juga dilansir Reuters, Rabu (9/8/2017).
Juru bicara KPA yang tidak disebutkan namanya oleh KCNA, melanjutkan, rencana serangan tersebut akan dilaporkan ke Komando Tertinggi Korut sesegera mungkin.
Pada hari Senin, dua pesawat pengebom B-1 AS terbang dari Guam melewati semenanjung Korea. Pejabat AS mengklaim manuver pesawat pengebom itu sebagai bagian dari kehadirannya secara terus-menerus sesuai kepentingan strategis pangkalan di Guam.
Juru bicara militer Korut lainnya, dalam sebuah pernyataan yang berbeda, menuduh AS merancang sebuah ”perang preventif”. Menurutnya, setiap rencana untuk itu akan diwarnai dengan sebuah perang habis-habisan yang melenyapka semua benteng musuh, termasuk daratan AS.
“Amerika Serikat harus menghentikan provokasi militer secara sembarangan terhadap Korea Utara untuk menghindari tindakan militer,” kata juru bicara yang juga tidak disebutkan namanya tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Donald Trump melontarkan ancaman langsung kepada Korut setelah laporan komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) menyimpulkan rezim Kim Jong-un berhasil memproduksi hulu ledak nuklir.
“Korea Utara tidak akan melakukan ancaman lain terhadap Amerika Serikat,” kata Presiden Trump kepada wartawan di Trump National Golf Club di Bedminster, New Jersey, hari Selasa waktu setempat.
Negara komunis itu tidak merahasiakan rencana untuk mengembangkan rudal dengan hulu ledak nuklir yang mampu untuk menyerang wilayah AS. Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut telah mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan program nuklir dan misilnya.
Tentara Rakyat Korea (KPA) melalui seorang juru bicara yang diumumkan kantor berita negara, KCNA, mengatakan, rencana serangan terhadap Guam akan dipraktikkan kapanpun bila diperintah Kim Jong-un.
”Pasukan Strategis KPA sekarang dengan hati-hati memeriksa rencana operasional untuk membuat tembakan di daerah sekitar Guam dengan rudal balistik strategis jarak menengah Hwasong-12 terhadap pangkalan militer utama AS di Guam termasuk Pangkalan Angkatan Udara Anderson,” kata juru bicara KPA, yang juga dilansir Reuters, Rabu (9/8/2017).
Juru bicara KPA yang tidak disebutkan namanya oleh KCNA, melanjutkan, rencana serangan tersebut akan dilaporkan ke Komando Tertinggi Korut sesegera mungkin.
Pada hari Senin, dua pesawat pengebom B-1 AS terbang dari Guam melewati semenanjung Korea. Pejabat AS mengklaim manuver pesawat pengebom itu sebagai bagian dari kehadirannya secara terus-menerus sesuai kepentingan strategis pangkalan di Guam.
Juru bicara militer Korut lainnya, dalam sebuah pernyataan yang berbeda, menuduh AS merancang sebuah ”perang preventif”. Menurutnya, setiap rencana untuk itu akan diwarnai dengan sebuah perang habis-habisan yang melenyapka semua benteng musuh, termasuk daratan AS.
“Amerika Serikat harus menghentikan provokasi militer secara sembarangan terhadap Korea Utara untuk menghindari tindakan militer,” kata juru bicara yang juga tidak disebutkan namanya tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Donald Trump melontarkan ancaman langsung kepada Korut setelah laporan komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) menyimpulkan rezim Kim Jong-un berhasil memproduksi hulu ledak nuklir.
“Korea Utara tidak akan melakukan ancaman lain terhadap Amerika Serikat,” kata Presiden Trump kepada wartawan di Trump National Golf Club di Bedminster, New Jersey, hari Selasa waktu setempat.
”Mereka akan disambut dengan api dan amarah seperti yang belum pernah dilihat dunia,” lanjut Trump.
Credit sindonews.com