BEIJING
- Ketegangan di Semenanjung Korea memicu kekhawatiran jika perang akan
benar-benar terjadi di wilayah tersebut. Terkait hal itu, surat kabar
milik China mengungkapkan posisi Negeri Tirai Bambu jika perang Korut
dan AS benar-benar terjadi.
Global Times dalam editorialnya menyatakan jika Korut melancarkan serangan terhadap AS maka China harus tetap netral. Namun jika AS menyerang terlebih dahulu dan mencoba menggulingkan pemerintah Korut, China akan menghentikan mereka.
Menurut Global Times Beijing tidak dapat meyakinkan baik Washington atau Pyongyang untuk mundur. Sebelumnya, China telah menyerukan agar kedua belah piha untuk tenang. Sikap tersebut menujukkan rasa frutasi China terhadap perilaku Korut dan AS yang memicu ketegangan di Semenanjung Korea.
"Perlu untuk memperjelas pendiriannya ke semua sisi dan membuat mereka mengerti bahwa ketika tindakan mereka membahayakan kepentingan China, China akan merespons dengan tegas," kata surat kabar tersebut, yang tidak mewakili kebijakan pemerintah.
"China juga harus menjelaskan bahwa jika Korut meluncurkan rudal yang mengancam tanah AS terlebih dahulu dan AS membalas, China akan tetap netral," tambahnya.
"Jika AS dan Korea Selatan melakukan penyerangan dan mencoba menggulingkan rezim Korut dan mengubah pola politik Semenanjung Korea, China akan mencegah mereka melakukannya," demikian editorial itu seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/8/2017).
China telah lama khawatir bahwa setiap konflik di semenanjung Korea, atau terulangnya perang Korea tahun 1950-53, dapat melepaskan gelombang pengungsi yang tidak stabil ke timur lautnya. Kekhawatiran lainya adalah perang tersebut berakhir dengan sebuah daerah bersatu yang bersekutu dengan AS.
Korut adalah negara penyangga yang berguna bagi China di antaranya dan pasukan AS yang berbasis di Korea Selatan (Korsel), dan juga melintasi laut di Jepang.
Global Times mengatakan bahwa China akan menolak setiap pihak yang ingin mengubah status quo dari wilayah di mana kepentingan China diperhatikan.
"Semenanjung Korea adalah tempat kepentingan strategis semua pihak bertemu, dan tidak ada pihak yang harus berusaha menjadi penguasa mutlak wilayah ini," tegas Global Times.
Global Times dalam editorialnya menyatakan jika Korut melancarkan serangan terhadap AS maka China harus tetap netral. Namun jika AS menyerang terlebih dahulu dan mencoba menggulingkan pemerintah Korut, China akan menghentikan mereka.
Menurut Global Times Beijing tidak dapat meyakinkan baik Washington atau Pyongyang untuk mundur. Sebelumnya, China telah menyerukan agar kedua belah piha untuk tenang. Sikap tersebut menujukkan rasa frutasi China terhadap perilaku Korut dan AS yang memicu ketegangan di Semenanjung Korea.
"Perlu untuk memperjelas pendiriannya ke semua sisi dan membuat mereka mengerti bahwa ketika tindakan mereka membahayakan kepentingan China, China akan merespons dengan tegas," kata surat kabar tersebut, yang tidak mewakili kebijakan pemerintah.
"China juga harus menjelaskan bahwa jika Korut meluncurkan rudal yang mengancam tanah AS terlebih dahulu dan AS membalas, China akan tetap netral," tambahnya.
"Jika AS dan Korea Selatan melakukan penyerangan dan mencoba menggulingkan rezim Korut dan mengubah pola politik Semenanjung Korea, China akan mencegah mereka melakukannya," demikian editorial itu seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/8/2017).
China telah lama khawatir bahwa setiap konflik di semenanjung Korea, atau terulangnya perang Korea tahun 1950-53, dapat melepaskan gelombang pengungsi yang tidak stabil ke timur lautnya. Kekhawatiran lainya adalah perang tersebut berakhir dengan sebuah daerah bersatu yang bersekutu dengan AS.
Korut adalah negara penyangga yang berguna bagi China di antaranya dan pasukan AS yang berbasis di Korea Selatan (Korsel), dan juga melintasi laut di Jepang.
Global Times mengatakan bahwa China akan menolak setiap pihak yang ingin mengubah status quo dari wilayah di mana kepentingan China diperhatikan.
"Semenanjung Korea adalah tempat kepentingan strategis semua pihak bertemu, dan tidak ada pihak yang harus berusaha menjadi penguasa mutlak wilayah ini," tegas Global Times.
Credit sindonews.com