CANBERRA
- Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, turut mengomentari
situasi panas yang terjadi di Semenanjung Korea. Ia mengatakan negaranya
akan mendukung Amerika Serikat (AS) jika diserang oleh Korea Utara
(Korut).
"Australia akan membantu AS karena Amerika akan membantu kita jika diserang," kata Turnbull, seperti dikutip dari laman Time, Jumat (11/8/2017).
Pernyataan ini datang setelah Turnbull dan Trump mengalami tahun yang sulit terkait hubungan keduanya. Ini dimulai pada ketegangan dalam pembicaraan via telepon pada awal tahun, tidak lama setelah Trump dilantik.
Ketika itu, kedua kepala negara tersebut berselisih soal menampung pengungsi dan larangan bagi imigran yang dikeluarkan Trump. Sementara pembicaraan telepon itu masih coba dikonfirmasi, Washington Post menerbitkan sebuah transkip penuh dari pembicaraan tersebut.
Turnbull juga tertangkap mengejek Trump pada bulan Juni saat audio sebuah pidato yang dia berikan di ibu kota Canberra bocor. Tapi untuk saat ini, sepertinya Turnbull menyikapi situasi AS dan Korut dengan cara serius dan tidak membiarkan pertengkaran terakhir dengan AS mengubah strateginya.
Presiden AS Donald Trump telah terlibat dalam perang kata-kata dengan Pyongyang. Setelah Korut bereaksi terhdap sanksi PBB yang baru dengan mengancam akan melakukan pembalasan terhadap AS. Ancaman ini dibalas Trump dengan mengatakan jika Korut menyerang AS ia akan mendapatkan api dan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Korut pun kembali mengancam akan menyerang Guam dan menganggap pernyataan Trump sebagai sebuah omong kosong. Trump pun membalas dengan mengatakan Korut sebaiknya bekerja sama atau mereka akan berada dalam masalah seperti beberapa negara yang pernah dalam masalah sebelumnya.
"Australia akan membantu AS karena Amerika akan membantu kita jika diserang," kata Turnbull, seperti dikutip dari laman Time, Jumat (11/8/2017).
Pernyataan ini datang setelah Turnbull dan Trump mengalami tahun yang sulit terkait hubungan keduanya. Ini dimulai pada ketegangan dalam pembicaraan via telepon pada awal tahun, tidak lama setelah Trump dilantik.
Ketika itu, kedua kepala negara tersebut berselisih soal menampung pengungsi dan larangan bagi imigran yang dikeluarkan Trump. Sementara pembicaraan telepon itu masih coba dikonfirmasi, Washington Post menerbitkan sebuah transkip penuh dari pembicaraan tersebut.
Turnbull juga tertangkap mengejek Trump pada bulan Juni saat audio sebuah pidato yang dia berikan di ibu kota Canberra bocor. Tapi untuk saat ini, sepertinya Turnbull menyikapi situasi AS dan Korut dengan cara serius dan tidak membiarkan pertengkaran terakhir dengan AS mengubah strateginya.
Presiden AS Donald Trump telah terlibat dalam perang kata-kata dengan Pyongyang. Setelah Korut bereaksi terhdap sanksi PBB yang baru dengan mengancam akan melakukan pembalasan terhadap AS. Ancaman ini dibalas Trump dengan mengatakan jika Korut menyerang AS ia akan mendapatkan api dan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Korut pun kembali mengancam akan menyerang Guam dan menganggap pernyataan Trump sebagai sebuah omong kosong. Trump pun membalas dengan mengatakan Korut sebaiknya bekerja sama atau mereka akan berada dalam masalah seperti beberapa negara yang pernah dalam masalah sebelumnya.
Credit sindonews.com