Rabu, 05 Oktober 2016

Pejabat AS Mengaku Sebisa Mungkin Abaikan 'Ocehan' Duterte

 
Pejabat AS Mengaku Sebisa Mungkin Abaikan 'Ocehan' Duterte  
Duterte terkenal dengan komentarnya yang bombastis dan menuai kontroversi. (Reuters/Erik De Castro)
 
Jakarta, CB -- Amerika Serikat berusaha sebisa mungkin untuk tidak menanggapi setiap ocehan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang kebanyakan tidak terealisasi. Pasalnya Duterte dianggap mirip Donald Trump, semakin ditanggapi maka semakin menjadi.

Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat AS kepada Reuters pada Senin, menyusul pernyataan Duterte yang mengatakan akan menghentikan kerja sama militer dengan Amerika. Belakangan pejabat Filipina meralat pernyataan Duterte tersebut.

Menurut pejabat AS, pemerintahan Presiden Barack Obama tidak ingin menanggapi setiap pernyataan Duterte. Pasalnya, setiap pernyataan yang salah bisa membuat Duterte semakin berang dan mewujudkan pernyataannya menjadi tindakan konkret.

Sembari mengabaikan ocehan Duterte, kata pejabat yang enggan disebut namanya kepada Reuters, AS terus menjalin dan mendorong kerja sama militer serta bidang lainnya dengan pejabat Filipina di level bawah.

Merusak hubungan dengan Filipina bukan tindakan yang bijak karena akan mengikis pengaruh AS di Asia dengan China yang kian agresif. Pejabat AS mengatakan, tidak ada rencana mengurangi kerja sama atau bantuan bagi Filipina terkait komentar Duterte.

"Dia seperti Donald Trump. Dia gila perhatian, dan semakin mendapat perhatian, semakin murka dia jadinya. Tindakan yang bijaksana adalah mengabaikannya," ujar sumber Reuters lainnya, seorang pejabat dari sebuah negara Asia Tenggara.

Kebanyakan komentar Duterte pada akhirnya diralat sendiri oleh dirinya atau pejabat Filipina. Bulan lalu, dia menyebut Obama sebagai "anak pelacur" dan menyamakan dirinya sebagai Hitler yang tidak segan "membantai 3 juta pengguna narkoba".

Duterte mengaku menyesal mengejek Obama. Akibat perkataannya itu, Obama membatalkan pertemuan bilateral dengan Duterte. Mantan walikota Davao ini juga meminta maaf kepada komunitas Yahudi atas komentarnya soal Hitler.

Duterte tengah menjadi perhatian internasional setelah kampanye pemberantasan narkoba di negaranya telah menewaskan lebih dari 3.000 orang. Lembaga HAM dan PBB angkat bicara, mengecam pembunuhan tanpa dasar hukum yang jelas di Filipina itu. Duterte bergeming dan malah menyerang balik PBB serta para pengecamnya.



Credit  CNN Indonesia