Jumat, 05 Februari 2016

Konsorsium Kereta Cepat Jamin Ada Alih Teknologi dari Cina

Konsorsium Kereta Cepat Jamin Ada Alih Teknologi dari Cina

Presiden Jokowi (tengah) meninjau miniatur kereta cepat saat Groundbreaking Proyek Kereta Cepat di Cikalong Wetan, Bandung Barat, 21 Januari 2016. Acara ini dihadiri Gubernur Jawa Barat, Gubernur DKI Jakarta, Menteri BUMN, Menteri PUpera, Menteri LHK, dan pihak-pihak lainnya. AP/Dita Alangkara
 
CB, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan memastikan Indonesia akan mendapatkan keuntungan berupa alih teknologi segera setelah proses pembangunan kereta cepat dimulai. Dia memastikan bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah kerja sama dua konsorsium yaitu konsorsium BUMN Indonesia dengan konsorsium Cina. Komposisinya 60 persen ditangani Indonesia dan 40 persen Cina.

"Konsorsium bukan hanya jualan barang. Tetapi selama konsesi, konsorsium membangun, mengoperasikan, dan merawat prasarana dan sarana kereta cepat," kata Hanggoro dalam jumpa pers di The Sultan Hotel, Jakarta, Kamis, 4 Februari 2016. Seandainya konsesi disepakati 50 tahun, kata dia, konsorsium akan mempertaruhkan kualitas.

Tak hanya membangun jalur kereta cepat, Hanggoro mengatakan KCIC tengah berbicara untuk membangun pabrik rolling stock di Kalimatan. Pabrik ini, kata dia, diperuntukkan untuk pasar ASEAN dan sebagian di luar ASEAN. "Bukan hanya membangun (kereta cepat), tetap sampai membangun pabrik rolling stock. Ini bedanya dengan program yang lain, ujarnya. "Betul-betul kami ingin teknologi ada di indonesia."

Hal inilah, menurut Hanggoro, yang menjadi nilai tambah proyek kereta cepat di Indonesia ini. Konsorsium, kata dia, akan membangun industri aluminium di Mempawah, sebagai salah satu material utama untuk membangun proyek ini. "Ini adalah multiplier efek dari kereta cepat."

Hanggoro mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan rampung pada akhir 2018 dan beroperasi pada 2019. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan 25 Januari 2016, koridornya dari Halim (Jakarta), Karawang, Walini (Kabupaten Bandung Barat), dan Tegal Luar (Kabupaten Bandung). Dari Halim ke Karawang rencananya underground, setelah itu, sebagian besar akan melalui jalan tol.



Credit  TEMPO.CO