Jembatan Betrix, Sarolangun, Jambi, pada 7 Oktober, masih terlihat tertutup kabut asap tebal. (Antara/Wahdi Septiawan)
"Tadi malam, Menlu sudah menghubungi lima menlu, yaitu dari Australia, Malaysia, Singapura, Rusia dan China untuk membahas kerja sama memadamkan api," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (8/10).
Menurut Tata, demikian Arrmanatha akrab disapa, kelima menlu mengindikasikan kesiapan untuk memberikan bantuan.
"Kami akan membicarakan lebih lanjut mengenai mekanisme dan TOR-nya. Bentuk kerja samanya bisa dalam bentuk teknis atau comercial basis," kata Tata.
Tata lantas menjabarkan bahwa kini Indonesia membutuhkan pesawat yang dapat menampung 10 ribu liter air untuk memadamkan api di 110 titik.
Kini, kata Tata, Indonesia memutuskan untuk menerima bantuan karena mulai kewalahan memadamkan api yang terus menjalar.
"Kami sudah berusaha dengan mengerahkan 26 helikopter, empat fix wing, dan empat pesawat untuk modifikasi cuaca. Sekitar 65 juta liter air dan 250 ton garam juga sudah dikeluarkan untuk memadamkan dan memodifikasi cuaca di beberapa titik di lima provinsi," papar Tata.
Namun, pemerintah tetap kewalahan memadamkan api. "Satu titik dipadamkan, satu titik lain terbakar lagi," katanya.
Hal inilah yang akhirnya mendorong pemerintah untuk menerima bantuan.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengonfirmasi bahwa pemerintah sudah menerima secara resmi bantuan dari Singapura dan Rusia.
Singapura, menurut Jokowi, memberikan bantuan berupa tiga pesawat yang akan digunakan untuk memadamkan api dan asap dari udara. Ketiga pesawat tersebut akan tiba di Indonesia hari ini, Kamis (8/10).
"Singapura kirim tiga pesawat, hari ini datang. Ada dari Rusia juga karena kita membutuhkan pesawat yang mempunyai daya angkut air 12 sampai 15 ton, bukan seperti sekarang hanya 2 sampai 3 ton. Itu enggak nendang," ujar Jokowi di Jakarta.
Selain Singapura dan Rusia, Jokowi juga akan menerima bantuan dari Malaysia dan Jepang. Untuk dua negara terakhir, bantuan sedang dalam proses.
"Kami harapkan bisa mempercepat penanganan, karena menangani gambut berbeda dengan menangani kebakaran hutan biasa," kata Jokowi
Credit CNN Indonesia