Iran yang memuji langkah Rusia itu menganggap keputusan Putin sebagai langkah menuju penciptaan “keamanan abadi” di Timur Tengah.
”Pengembangan kerjasama bilateral (dengan Rusia) dan dengan negara-negara tetangga di berbagai bidang dapat sangat efektif untuk stabilitas dan keamanan abadi di wilayah tersebut,” kata Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehqan, seperti dilansir kantor berita IRNA, Selasa (14/4/2015).
Rusia semula menandatangani kontrak senilai US$800 juta untuk menjual sistem rudal S-300 kepada Iran pada tahun 2007. Tapi, pada tahun 2010, kontrak itu ditangguhkan Dmitry Medvedev (Presiden Rusia kala itu) karena muncul keberatan dari AS dan Israel terkait akivitas program nuklir Iran.
Tapi, Rusia kini menilai embargo senjata kepada Iran sudah tidak diperlukan lagi. Alasannya, perundingan nuklir Iran sudah mengalami kemajuan.
Sementara itu, suara keberatan muncul dari Amerika Serikat (AS) dan Israel atas keputusan berani Rusia itu. AS prihatin dengan keputusan pencabutan embargo rudal S-300 oleh Rusia terhadap Iran. Langkah Rusia itu dianggap AS bisa meningkatkan kekhawatiran.
Sedangkan Israel mengecam keras keputusan Rusia tersebut. Israel menganggap pencabutan embargo senjata oleh Rusia terhadap Iran sebagai imbas langsung dari perundingan nuklir Teheran antara Iran dan enam negara kekuatan dunia yang selama ini ditentang keras oleh Israel.
Credit SINDOnews
Rusia Cabut Embargo Rudal S-300 ke Iran, AS Prihatin
Keprihatinan AS itu disuarakan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dan juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest. Menurut Gedung Putih, keputusan Rusia yang mencabut embargo rudal kepada Iran bisa meningkatkan kekhawatiran.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, mengatakan, AS berharap tindakan Rusia ini tidak akan mempengaruhi negara-negara besar. ”Dalam pembicaraan nuklir yang akan berlangsung,” kata Harf.
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin resmi mencabut larangan pengiriman rudal pertahanan udara S-300 kepada Iran. Dengan demikian, Putin bakal leluasa untuk memasok rudal canggih S-300 buatan Rusia itu kepada Iran.
Larangan mengirim rudal canggih Rusia kepada Iran itu semula diperkenalkan oleh mantan Presiden Rusia, Medvedev pada tahun 2010.
”Keputusan (presiden) adalah mencabut larangan transit melalui wilayah Rusia, termasuk airlift, dan ekspor dari Federasi Rusia ke Republik Islam Iran. Juga transfer rudal sistem pertahanan udara S-300 ke Republik Islam Iran, baik melalui laut dan udara,” bunyi dokumen pencabutan sanksi oleh Rusia terhadap Iran seperti dilaporkan kantor berita RIA Novosti.
Keputusan ini mulai berlaku pada saat ditandatangani Presiden Putin. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengomentari keputusan Presiden Putin itu. Menurutnya, embargo rudal S-300 oleh Moskow (pada Teheran) tidak diperlukan lagi. Alasannya, sudah ada kemajuan dalam perundingan nuklir Teheran di Lausanne, Swiss pada 2 April 2015 lalu.
“Selama pembicaraan di Swiss, kelompok P5 + 1 telah membuat kemajuan substansial dalam menyelesaikan program nuklir Iran,” kata Lavrov. ”Kerangka politik dari kesepakatan (nuklir Iran) akhirnya disepakati dan sangat dipuji oleh masyarakat internasional,” katanya lagi, seperti dilansir Reuters, Selasa (14/4/2015).
Credit SINDOnews
Israel Kecam Rusia yang Cabut Embargo Rudal ke Iran
Israel mengecam keputusan Rusia sebagai imbas langsung dari perundingan nuklir Teheran antara Iran dan enam negara kekuatan dunia yang dianggap telah mengalami kemajuan. Israel sendiri merupakan penentang keras perundingan nuklir Iran dan enam negara kekuatan dunia atau P5+1.
“Ini adalah akibat langsung dari legitimasi yang diperoleh dari kesepakatan nuklir yang muncul,” kata Menteri Intelijen Israel, Yuval Steinitz, seperti dilansir Reuters, Selasa (14/4/2015).
Menurut Steinitz, kesepakatan pencabutan embargo senjata terhadap Iran itu menunjukkan bahwa Iran berencana untuk menggunakan bantuan dari pencabutan sanksi ekonomi untuk membeli senjata, bukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin resmi mencabut larangan pengiriman rudal pertahanan udara S-300 kepada Iran. Dengan demikian, Putin bakal leluasa untuk memasok rudal canggih S-300 buatan Rusia itu kepada Iran.
Rusia semula menandatangani kontrak senilai US$800 juta untuk menjual sistem rudal S-300 kepada Iran pada tahun 2007. Tapi, pada tahun 2010, kontrak itu ditangguhkan Dmitry Medvedev (Presiden Rusia kala itu) karena muncul keberatan dari AS dan Israel terkait akivitas program nuklir Iran.
Tapi, Rusia kini menilai embargo senjata kepada Iran sudah tidak diperlukan lagi. Alasannya, perundingan nuklir Iran sudah mengalami kemajuan.
”Keputusan (presiden) adalah mencabut larangan transit melalui wilayah Rusia, termasuk airlift, dan ekspor dari Federasi Rusia ke Republik Islam Iran. Juga transfer rudal sistem pertahanan udara S-300 ke Republik Islam Iran, baik melalui laut dan udara,” bunyi dokumen pencabutan sanksi oleh Rusia terhadap Iran seperti dilaporkan kantor berita RIA Novosti.
Credit SINDOnews