Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Jumat, 22 Maret 2019
Maduro Sebut Rusia Akan Pasok Obat-obatan ke Venezuela
CARACAS
- Rusia minggu depan akan mulai mengirimkan pasokan medis dan membawa
beberapa ton produk farmasi ke Venezuela. Hal itu dikatakan oleh
Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
"Pihak berwenang Rusia telah
mengumumkan bahwa minggu depan, beberapa ton berbagai obat-obatan dan
zat-zat farmasi akan dikirimkan. Ini akan diadakan secara rutin. Minggu
demi minggu," kata Maduro seperti dilansir dari Sputnik, Kamis (21/3/2019).
Hal
itu diungkapkan Maduro dalam sebuah acara yang ditujukan untuk
peluncuran kembali program nasional Venezuela bagi mengembangkan
industri farmasi.
Maduro
mencatat bahwa Venezuela memenuhi 70 persen dari permintaannya sendiri
akan obat-obatan, dengan catatan bahwa ia mengharapkan mitra kunci
Venezuela macam Belarus, China, Iran, Rusia dan Turki, membantu negara
dengan memasok obat-obatan yang diperlukan.
"Kami terhubung oleh hubungan aliansi yang kuat," ujar Maduro yang pidatonya disiarkan melalui saluran Periscope-nya.
Rusia
sendiri sebelumnya telah mengirimkan obat-obatan ke Venezuela pada awal
tahun ini di tengah krisis politik dan ekonomi yang melanda negara itu.
Maduro
mengatakan bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem
impor Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di
bawah kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik
Amerika Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela
terjerembab ke dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis
ekonomi berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis
Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido
memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun
lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara
Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang
sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih menolak seruan
dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan kekuasaan,
bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia,
China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden
Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka
memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan
dalam negeri negara Amerika Selatan itu.
Maduro mengatakan
bahwa pengiriman semacam itu membantu mengembangkan sistem impor
Venezuela, mencatat bahwa negara Amerika Selatan itu hidup di bawah
kondisi blokade dan penganiayaan oleh pemerintah imperialistik Amerika
Serikat dalam hal keuangan dan ekonomi.
Venezuela terjerembab ke
dalam krisis politik setelah sebelumnya dihantam krisis ekonomi
berkepanjangan. Situasi semakin meruncing setelah ketua Majelis
Nasional, parlemen Venezuela, sekaligus pemimpin opisisi Juan Guaido
memproklamirkan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido pun
lantas mendapat pengakuan dari Amerika Serikat (AS), mayoritas negara
Uni Eropa dan lusinan negara lainnya sebagai pemimpin negara itu yang
sah.
Namun Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dengan gigih
menolak seruan dari Guaido dan para pendukungnya untuk menyerahkan
kekuasaan, bersikeras dia adalah korban dari kudeta yang diatur oleh AS.
Rusia,
China, Turki, Kuba, dan negara-negara lain berpihak pada Presiden
Nicolas Maduro yang terpilih dalam pemilu yang diboikot oposisi. Mereka
memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak "campur tangan" dalam urusan
dalam negeri negara Amerika Selatan itu.