Senin, 06 Agustus 2018

Pertamina Dapat Blok Rokan, What's Next?


Foto: Nadia Permatasari/Infografis

Foto: Nadia Permatasari/Infografis



Jakarta - PT Pertamina (Persero) diminta segera mencari mitra untuk mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Hal ini menyusul keputusan Kementerian ESDM yang memutuskan Pertamina sebagai pengganti PT Chevron Pasific Indonesia.

Pertamina baru bisa mengoperasikan Blok Rokan pada 2021. Sehingga masih memiliki waktu dua tahun untuk mencari mitra dan mematangkan konsep pengelolaannya.

Terdapat dua lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, Riau. Kedua lapangan itu adalah Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.

Pada masa jayanya, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph). Sekarang lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph.

'Saudara' Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, juga salah satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude.

Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2. Pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu.

Penasaran siapa yang menjadi mitra Pertamina di Blok Rokan? Simak selengkapnya di sini:

Permintaan Pemerintah

Pemerintah menyarankan PT Pertamina (Persero) menggandeng mitra dalam mengelola Blok Rokan. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, hal diperlukan untuk meningkatkan produksi minyak di Blok Rokan.

"Apakah setelah ini akan ada share down nanti ada di Pertamina bagaimana dia menggandeng partner kalau itu untuk meningkatkan produksi. Kita menyarankan Pertamina mencari partner di bidang oil and gas hulu migas yang mampu meningkatkan produksi," kata dia, di JCC Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Apakah Pertamina tak mampu mengelola sendiri Blok Rokan?

"Bukan, kita menyarankan nanti dalam surat t&c kita elaborate lagi apa saran pemerintah sewaktu t&c ditandatangani," ujarnya.

Perihal mitra, Arcandra menyerahkannya ke Pertamina apakah akan menggandeng kontraktor eksisting atau bukan.

"Nanti diserahkan ke Pertamina, kan pemerintah menyerahkan 100% ke Pertamina, di situ ada hak BUMD Pemda 10%, sisanya aksi korporasi Pertamina," kata Arcandra.


Buka Peluang Chevron


Setelah dapat restu pemerintah mengoperasikan Blok Rokan, Pertamina membuka peluang kerja sama dengan operator lama yakni Chevron Pacific Indonesia.

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan peluang tersebut tidak hanya untuk Chevron semata, melainkan perusahaan migas lainnya.

"Terbuka, dengan siapapun," kata Nicke saat acara FMB9 di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Nicke menjelaskan, rencana Pertamina bermitra dalam mengoperasikan Blok Rokan dilakukan demi memitigasi risiko seperti teknologi dan pendanaan.

Dia menjelaskan, untuk memitigasi teknologi dalam mengelola blok bisa diatasi dengan mencari partner, terutama pada sumur-sumur yang belum pernah dikelola oleh Pertamina.

Selanjutnya, dengan bermitra juga bisa memitigasi risiko pendanaan. Pasalnya, Pertamina harus mengeluarkan sekitar US$ 70 miliar atau sekitar Rp 1.008 triliun (kurs Rp 14.413 per dolar AS) selama 20 tahun untuk mengelola wilayah kerja migas Rokan di Riau.


Siap 'Bajak' Karyawan Chevron

Pertamina juga siap merekrut karyawan PT Chevron Pacific Indonesia setelah Blok Rokan jatuh ke tangan BUMN migas itu di 2021.

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan perekrutan tersebut juga pernah dilakukan oleh Pertamina saat mengoperasikan Blok Mahakam dari Total.

"Ketika terjadi alih kelola dari operator lama ke Pertamina jangan sampai timbul lay off," kata Nicke saat acara FMB9 di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Dia menceritakan, pengalaman saat mengelola Blok Mahakam dari Total perusahaan pelat merah ini justru memberdayakan para pegawainya dalam mengoperasikan Blok Mahakam.

"Karyawan kita rekrut pindah menjadi karyawan Pertamina, demikian juga dengan Rokan, kita tetap menggunakan tenaga kerja lokal, malah akan menambah, jadi mengenai itu kita akan optimalkan sumber daya yang kompeten," tutup dia.


Yang Perlu Disiapkan Pertamina

Masih ada waktu dua tahun sampai 2020 untuk Pertamina menyiapkan strategi mengoperasikan ladang minyak terbesar di Indonesia. Lalu apa yang disiapkan BUMN sektor minyak sekarang?

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan hal utama yang dilakukan adalah melakukan koordinasi dengan Chevron Indonesia selaku operator saat ini.

"Lalu koordinasi dengan SKK Migas, pemerintah," kata Nicke saat acara FMB di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (1/8/2018).

Koordinasi yang dimaksud, kata Nicke agar masa transisi dari Chevron ke Pertamina berjalan lancar. Serta mampu mempertahankan jumlah produksi yang ada saat ini.

Pasalnya, pada 2016 Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2 mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, angka itu hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini.

Oleh karena itu, hal utama yang dipersiapkan Pertamina adalah menjalin koordinasi dengan operator lama yakni Chevron dan juga pemerintah.

"Dalam masa transisi ini kita harus duduk bersama dengan operator lama untuk melakukan settlement seperti itu yang kemudian nanti akan divalidasi oleh SKK migas," ungkap dia.





Credit  finance.detik.com