Rabu, 29 Agustus 2018

AS Disebut Ancam Kurangi Dukungan buat Koalisi Saudi di Yaman


AS Disebut Ancam Kurangi Dukungan buat Koalisi Saudi di Yaman
Ilustrasi markas Pentagon. (Reuters/Yuri Gripas)


Jakarta, CB -- Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dilaporkan melayangkan peringatan kepada Arab Saudi bahwa mereka bersiap mengurangi bantuan militer dan intelijen dalam operasi Riyadh di Yaman.

Dua pejabat mengatakan kepada CNN bahwa jajaran Pentagon sedang frustrasi melihat laporan kematian warga sipil saat Saudi menggempur kelompok pemberontak al-Houthi di Yaman.

Kekhawatiran kian parah setelah sebuah serangan menghantam satu bus sekolah, menewaskan 40 anak di dalamnya pada 9 Agustus lalu.



Pentagon dan Kementerian Luar Negeri AS pun melayangkan pesan langsung kepada Saudi mengenai upaya untuk menghindari korban sipil.



"Pada titik ada kata cukup?" ucap sumber tersebut kepada CNN.

Hingga kini, belum diketahui tanggapan Donald Trump mengenai wacana pengurangan dukungan terhadap negara yang dianggap sebagai sekutu oleh sang presiden ini.



Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, James Mattis, sendiri sudah mengirimkan seorang perwakilan tinggi untuk membahas masalah korban sipil ini dengan Saudi.

Letnan Jenderal Michael Garret akhirnya bertemu dengan sejumlah pemimpin Saudi pada 12 Agustus, di mana ia menyampaikan pesan kuat.

"Letjen Garrett menyampaikan sebuah pesan kekhawatiran mengenai insiden dengan korban sipil belakangan ini, dan mewakili pemerintah AS untuk mendesak investigasi menyeluruh dan terus menekankan agar tak ada korban warga sipil lagi dalam kampanye Yaman," ucap juru bicara Kemhan AS, Rebecca Rebarich.

Pesan tersebut meningkatkan kemungkinan pemangkasan bantuan AS. Namun, sejumlah pejabat Kemhan khawatir jika AS menarik diri, mereka justru tidak bisa lagi menekan Saudi untuk menghindari korban sipil.



Selama ini, AS memberikan dukungan berupa pengisian bahan bakar udara untuk jet-jet Saudi dan beberapa bantuan intelijen. Namun, tak pernah ada kepastian mengenai bantuan untuk menyasar target.

Mantan Presiden Barack Obama sempat melarang penjualan teknologi amunisi yang dapat menembak target dengan tepat karena "kekhawatiran masalah HAM." Namun, aturan itu ditangguhkan oleh Trump pada Maret 2017.

CNN belum mendapatkan pernyataan resmi dari Saudi. Namun sebelumnya, juru bicara koalisi Saudi, Turki al-Maliki mengatakan bahwa posisi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengecam serangan pasukannya sebenarnya sangat bias.

"Koalisi sangat terkejut dengan sejumlah pernyataan oleh pejabat PBB di Yaman maupun di markas PBB yang mengambil posisi bias terkait laporan kesalahan target," katanya.




Credit  cnnindonesia.com