Senin, 06 Agustus 2018

Fakta-fakta Blok Rokan Diserahkan ke Pertamina



Foto: Nadia Permatasari/Infografis
Foto: Nadia Permatasari/Infografis



Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil keputusan besar. Pemerintah memilih PT Pertamina (Persero) untuk mengelola salah satu ladang minyak terbesar di Indonesia yakni Blok Rokan.

Keputusan tersebut diumumkan langsung oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar kemarin malam di kantornya.

Blok Rokan akan habis masa kontraknya pada 2021 mendatang. Blok tersebut sebelumnya dikuasai PT Chevron Pacific Indonesia dengan waktu yang cukup lama.

Chevron sebenarnya masih ingin mempertahankan Blok Rokan. Sehingga, terjadilah perebutan antara Chevron dan Pertamina yang juga menginginkan blok tersebut.

Lantas apa alasan pemerintah memilih Pertamina? Berikut berita selengkapnya:

Pertamina Ambil Alih Blok Rokan

Pengelolaan Blok Rokan diserahkan ke PT Pertamina (Persero). Kontrak Blok Rokan sendiri akan berakhir pada 2021 mendatang.
Ladang minyak terbesar di Indonesia ini sebelumnya menjadi rebutan PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Pertamina (Persero).
"Setelah melihat proposal hari ini, jam 5 sore maka pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan Blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Terdapat dua lapangan minyak raksasa di Blok Rokan, Riau. Kedua lapangan itu adalah Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.
Pada masa jayanya, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph). Sekarang lapangan tua ini masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph.
'Saudara' Lapangan Minas, yaitu Lapangan Duri, juga salah satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude.
Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2. Pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu.

Alasan Pemerintah Pilih Pertamina

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, keputusan pemerintah menyerahkan blok tersebut karena menimbang proposal yang ditawarkan Pertamina.
Pertamina menawarkan signature bonus atau bonus tanda tangan yang diberikan ke pemerintah sebesar Rp 11,3 triliun.
Bonus tanda tangan adalah bonus yang diserahkan sebelum penandatanganan kontrak. Tujuannya, untuk menunjukkan perusahaan yang menang lelang itu bonafide dan bersungguh-sungguh.
"Dari sisi komersial Pertamina, mengajukan dalam proposal signature bonus US$ 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun," kata dia di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Kemudian, dia mengatakan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
"Potensi pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau sekitar Rp 825 triliun. Insyaallah potensi pendapatan ini bisa menjadi pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.
Chevron sebenarnya masih ingin mengelola blok tersebut. Tapi, penawarannya kurang memikat pemerintah. Meski, Arcandra enggan membeberkan.
"Penawaran dari Chevron jauh di bawah penawaran yang diajukan oleh Pertamina," tutupnya.



Cadangan Minyak Blok Rokan 1,5 Miliar Barel

Blok Rokan masih memiliki cadangan minyak yang besar. Blok ini diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina (Persero) pada 2021.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, cadangan minyak blok tersebut diperkirakan 500 juta hingga 1,5 miliar barel.
"Itu berkisar antara 500 juta barel of oil equivalent sampai 1,5 miliar tanpa EOR (enhanched oil recovery)," kata dia Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Arcandra mengatakan, pengelolaan itu berpindah ke Pertamina pada 8 Agustus 2021 mendatang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Hulu Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, akan ada masa transisi terkait pengelolaan Blok Rokan.
"Jadi pemerintah sudah memutuskan, kemudian sesudah PSC (production sharing contrac) antara Pertamina ditandatangani, maka fokus berikutnya kerjasama antara Chevron sebagai eksisiting kontraktor dengan Pertamina sebagai leader kontraktor untuk melakukan kegiatan-kegiatan transisi sampai dengan masa kontrak yang sekarang habis guna menjaga tingkat produksi," jelasnya

Tak Ada Kaitan dengan Politik

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengatakan, penyerahan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) tidak ada hubungannya dengan masalah tekanan politik. Blok Rokan masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia yang masa kontraknya habis tahun 2021.
Arcandra mengatakan, pengelola Blok Rokan harus memberikan yang terbaik pada pemerintah.
"Yang kita compare dari sisi komersialnya seperti yang saya sebutkan tadi, bahwa siapapun pengelola Blok Rokan atau blok-blok terminasi harus bisa memberikan bagian pemerintah yang lebih daripada kontrak sebelumnya," kata dia di Jakarta, Selasa (21/7/2018).
Dalam proposal tersebut, Arcandra mengatakan, Pertamina menawarkan bonus tandatangan (signature bonus) yakni bonus yang menunjukkan kesungguhan perusahaan mengelola Blok Rokan sebesar US$ 784 juta atau setara Rp 11,3 triliun.
Kemudian, dia mengatakan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
"Potensi pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau sekitar Rp 825 triliun. Insya Allah potensi pendapatan ini bisa menjadi pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.

Salam Perpisahan Arcandra untuk Chevron

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengucapkan salam perpisahan pada PT Chevron Pacific Indonesia. Sebab, kontrak Blok Rokan yang selama dipegang Chevron akan diserahkan ke PT Pertamina.
Kontrak Chevron di Blok Rokan akan berakhir pada 2021 mendatang.
"Terakhir atas nama pemerintah kami dari Kementerian ESDM mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Chevron yang sudah mengelola blok ini," kata dia di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Arcandra berharap Chevron tetap berminat berinvestasi di Indonesia. Dia ingin Chevron mengelola blok-blok lain.
"Semoga Chevron tetap mau berinvestasi di Indonesia untuk blok-blok lain selain Blok Rokan," tambah Arcandra.






Credit  finance.detik.com