TEHERAN
- Iran harus berhenti berharap bahwa Eropa dapat menyelamatkan
kesepakatan nuklir internasional yang dihancurkan oleh penarikan Amerika
Serikat (AS). Hal itu dikatakan oleh pemimpin spiritual tertinggi Iran,
Ayatollah Ali Khamenei. Ia pun mengisyaratkan negaranya akan keluar
dari kesepakatan tersebut.
"Tidak ada masalah dengan melanjutkan hubungan dan negosiasi dengan Eropa, tetapi harapan harus ditinggalkan mengenai hal-hal seperti kesepakatan nuklir," kata Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Hassan Rouhani dan anggota kabinetnya.
"Kesepakatan bukanlah akhir tetapi sarana dan tentu saja, jika kita sampai pada kesimpulan bahwa alat ini tidak memungkinkan kita untuk berdiri dengan kepentingan nasional kita, kita akan mengesampingkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/8/2018).
Komentar itu menunjukkan kesabaran mulai habis di Iran karena dimulainya kembali sanksi AS telah memperpanjang kemerosotan dalam mata uang. Sanksi AS juga memaksa perusahaan-perusahaan besar global mundur dari rencana investasi untuk Iran, dan memberanikan kritik konservatif terhadap Presiden Hassan Rouhani.
Upaya untuk menopang pakta nuklir ini terus berlanjut. Jerman dan Prancis pekan ini mengatakan mereka sedang berupaya mencari solusi untuk menghindari sanksi AS terhadap negara-negara seperti Iran, termasuk kemungkinan peran bank-bank sentral. Diskusi, yang juga melibatkan Inggris, adalah sinyal bahwa kekuatan Eropa mencoba untuk serius menunjukkan tingkat kemandirian yang lebih besar dari AS ketika Presiden Donald Trump mengejar agenda "American first" nya.
"Tidak ada masalah dengan melanjutkan hubungan dan negosiasi dengan Eropa, tetapi harapan harus ditinggalkan mengenai hal-hal seperti kesepakatan nuklir," kata Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Hassan Rouhani dan anggota kabinetnya.
"Kesepakatan bukanlah akhir tetapi sarana dan tentu saja, jika kita sampai pada kesimpulan bahwa alat ini tidak memungkinkan kita untuk berdiri dengan kepentingan nasional kita, kita akan mengesampingkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/8/2018).
Komentar itu menunjukkan kesabaran mulai habis di Iran karena dimulainya kembali sanksi AS telah memperpanjang kemerosotan dalam mata uang. Sanksi AS juga memaksa perusahaan-perusahaan besar global mundur dari rencana investasi untuk Iran, dan memberanikan kritik konservatif terhadap Presiden Hassan Rouhani.
Upaya untuk menopang pakta nuklir ini terus berlanjut. Jerman dan Prancis pekan ini mengatakan mereka sedang berupaya mencari solusi untuk menghindari sanksi AS terhadap negara-negara seperti Iran, termasuk kemungkinan peran bank-bank sentral. Diskusi, yang juga melibatkan Inggris, adalah sinyal bahwa kekuatan Eropa mencoba untuk serius menunjukkan tingkat kemandirian yang lebih besar dari AS ketika Presiden Donald Trump mengejar agenda "American first" nya.
Credit sindonews.com