Jumat, 31 Agustus 2018

Menlu Iran Zarif Sebut PM Netanyahu sebagai Penghasut Perang


Menlu Iran Javad Zarif (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Twitter @Jzarif
Menlu Iran Javad Zarif (kiri) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Twitter @Jzarif

CB, Teheran - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengecam Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai seorang penghasut perang (warmonger).


Zarif menanggapi pernyataan Netanyahu kemarin yang menyatakan musuh-musuh Israel, yang ingin menghapus negara itu dari muka bumi, akan mengalami kehancuran sama.
“Iran, sebuah negara yang tidak memiliki senjata nuklir, diancam dengan kehancuran serangan bom atom oleh seorang penghasut perang yang berdiri tepat di sebelah pabrik senjata nuklir sebenarnya,” kata Zarif dalam cuitan di Twitter seperti dilansir Times of Israel pada Rabu, 29 Agustus 2018 waktu setempat. “Benar-benar tidak tahu malu.”
Sebelumnya, Netanyahu berbicara di fasilitas pengembangan nuklir di Dimona dalam upacara untuk menamai fasilitas itu sebagai Shimon Peres, yang merupakan bekas Menlu Israel.


Selama ini, menurut media Times of Israel, negara ini tidak pernah mengakui memiliki senjata nuklir dan malah mengadopsi kebijakan ambigu soal ini. Sejumlah laporan asing menyebut Israel memiliki puluhan hingga ratusan bom nuklir.

Peres, yang belakangan dikenal dengan upayanya menciptakan perdamaian dengan Palestina dan negara-negara Arab, sempat berperan pada awal pendirian pusat nuklir di Dimona itu, yang awalnya disebut sebagai pabrik tekstil.


Netanyahu mengatakan Israel berkomitmen pada perdamaian dengan dunia Arab sambil menyatakan dia siap melawan serangan dari dekat dan jauh.
“Siapapun yang mengancam kami dengan kehancuran menempatkan dirinya sendiri dalam bahaya serupa dan tidak akan mencapai tujuannya,” kata Netanyahu.

Netanyahu, menurut media Haaretz, juga menanggapi perjanjian kerja sama Suriah dan Iran pada awal pekan ini dengan mengatakan tidak ada ancaman yang akan mengalahkan Israel.

PM Israel Benjamin Netanyahu meresemikan penggantian nama reaktor nuklir di Dimona menjadi Shimon Peres. GPO/Kobi Gideon
Perjanjian Iran dan Suriah itu menyatakan kerja sama membangun Suriah pasca perang sipil. Pengumuman soal ini disampaikan Presiden Suriah Bashar al Assad, yang sedang menyiapkan serangan besar terakhir ke Provinsi Idlib, yang terletak di sebelah utara dan satu-satunya kota yang masih dikuasai pemberontak.






Credit  tempo.co