Pelatihan akan diikuti oleh 300 ribu prajuri dan 1.000 pesawat militer.
CB,
MOSKOW -- Rusia akan menggelar pelatihan perang terbesar dalam hampir
empat puluh tahun terakhir pada bulan depan. Demikian disampaikan
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu kepada sejumlah kantor berita Rusia,
Selasa (28/8).
Pelatihan militer besar-besaran itu juga akan melibatkan tentara Cina
dan Mongolia. Pelatihan perang tersebut dinamakan Vostok-2018
(Timur-2018) dan akan dilangsungkan di wilayah-wilayah militer tengah
dan timur Rusia.
"Pelatihan akan diikuti hampir 300 ribu
prajurit, lebih dari 1.000 pesawat militer, dua armada Angkatan Laut
Rusia serta seluruh unit Angkatan Udara," kata laporan kantor-kantor
berita yang mengutip pernyataan Shoigu.
Pelatihan perang
tersebut akan berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat antara
negara-negara Barat dan Rusia. Moskow khawatir soal pengembangan
persekutuan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sisi
barat. Rusia menilai hal tersebut tidak bisa dibenarkan.
NATO
telah meningkatkan kekuatan di wilayah Eropa Tmur untuk mencegah
kemungkinan Rusia melancarkan aksi militer setelah Moskow mencaplok
Krimea dari Ukraina pada 2014 serta mendukung pemberontakan pro-Rusia di
Ukraina Timur.
Pelatihan perang yang akan berlangsung dari
11 September hingga 15 September itu mungkin menjengkelkan Jepang.
Jepang sudah menyampaikan keluhan mengenai keadaan tersebut yang
dikatakannya sebagai pembangunan militer Rusia di kawasan Timur Jauh.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan menghadiri sebuah forum ekonomi di Vladivostok pada saat yang sama.
Shoigu
mengatakan kepada kantor-kantor berita, pelatihan perang tersebut
merupakan yang terbesar sejak eras Soviet yang dinamakan Zapad-81
(Barat-81), pada 1981.
"Dalam beberapa hal, pelatihan
perang (Vostok-2018, red) akan mengulang aspek-aspek Zapad-81, tapi
dengan skala yang lebih besar," kata Shoigu kepada para wartawan ketika
ia mengunjungi Kabupaten Khakassia, Rusia.
Kementerian
Pertahanan Rusia telah mengatakan bahwa kesatuan-kesatuan militer China
dan Mongolia juga akan ambil bagian dalam pelatihan perang tersebut.
Juru
bicara NATO Dylan White mengatakan Rusia pada Mei telah mengabarkan
persekutuan itu soal rencana pelatihan perang itu dan NATO berencana
memantaunya.