Kamis, 30 Agustus 2018

Negosiasi 13 Tahun, Kemitraan RI-Australia Rampung Akhir 2018


Negosiasi 13 Tahun, Kemitraan RI-Australia Rampung Akhir 2018
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)



Jakarta, CB -- Setelah melalui negosiasi panjang selama 13 tahun, Australia dan Indonesia sepakat merampungkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperhensif (IA-CEPA) akhir tahun ini.

Perdana menteri Australia, Scott Morrison, bahkan dijadwalkan menandai lawatan perdana kenegaraannya ke Indonesia pada Jumat (31/8) mendatang untuk mendeklarasikan negosiasi perjanjian IA-CEPA telah selesai bersama Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.

"Saat ini masih negosiasi final IA-CEPA. Jika selesai tepat waktu, kedua pemimpin akan mendeklarasikan bahwa negosiasi perjanjian itu telah rampung saat bertemu Jumat pekan ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/8).


Menurut Arrmanatha, keinginan kedua pemimpin untuk merampungan perjanjian ini menunjukkan komitmen RI-Australia untuk mempromosikan keterbukaan hubungan antar-negara melalui perdagangan dan ekonomi.



"RI-Australia ingin beri contoh karena kita percaya hasil dari IA-CEPA merupakan win-win solution yang bisa meningkatkan kontribusi negara terhadap kesejahteraan warga kedua negara, bahkan kawasan," tutur Arrmanatha.

Meski begitu, perjanjian kerja sama bilateral itu belum bisa berlaku efektif sampai ditandatangani kedua negara.

Arrmanatha mengatakan kedua negara masih butuh waktu beberapa bulan ke depan untuk menyusun teks legal perjanjian IA-CEPA sebelum bisa ditandatangani dan diberlakukan.


Gagasan IA-CEPA pertama kali digagas pada 2005 lalu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perdana menteri Australia saat itu, John Howard.

Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI, Edi Yusup, mengatakan negosiasi IA-CEPA memakan waktu panjang lantaran perjanjian ini tak hanya menyoal perdagangan bebas, tapi juga kerja sama ekonomi secara lebih spesifik.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, cakupan utama IA-CEPA meliputi trade in goods, Trade in Services, investasi, E-Commerce, kebijakan kompetitif, kerja sama ekonomi, dan kerangka ketentuan dan kelembagaan kerja sama.


Selain itu, IA-CEPA juga melibatkan kerja sama pembangunan kapasitas dalam bidang ekonomi antara kedua negara.

"IA-CEPA tidak seperti Free Trade Agreement, ini meliputi kerja sama ekonomi dan kebijakan bersama, salah satunya, dalam IA-CEPA kedua negara sepakat menjadikan RI sebagai basis pengembangan produk yang bisa meningkatkan ekspor kedua negara," kata Edi.

Menurut Edi, perjanjian IA-CEPA banyak menguntungkan Indonesia, salah satunya memperluas pasar bagi produk dalam negeri. Kesepakatan IA-CEPA juga memudahkan investor Australia menanamkan modalnya di Indonesia.

Selain membahas IA-CEPA, Morrison dan Jokowi juga akan mendeklarasikan kesepakatan kedua negara untuk meningkatkan level kerja sama menjadi kemitraan strategis komperhensif, dari semula kemitraan komperhensif yang telah berjalan sejak 2005 lalu.


Dengan level baru kemitraan ini, pejabat senior kedua negara akan lebih rutin dan sering menggelar pertemuan.

"Kalau dulu ketika kemitraan masih statusnya komperhensif saja pertemuan rutin mungkin hanya antara para menteri luar negeri saja, tapi dengan kemitraan baru ini akan ada pertemuan rutin antara menteri-menteri lainnya dari kedua negara seperti pertemuan antara menteri pertahanan, menteri perekonomian, dan lainnya," ucap Edi.

Dalam lawatan perdana ke Jakarta nanti, Morrison juga membawa sejumlah menteri. Selain kerja sama ekonomi, RI-Australia sepakat meneken nota kesepahaman (MoU) mengenai kerja sama transportasi, ekonomi kreatif, dan keamanan siber.

"Penandatanganan ketiga Mou itu akan disaksikan PM Morrison dan Presiden Jokowi. Untuk lebih spesifiknya harus merujuk pada kementerian terkait," katanya.

Tak hanya bertemu Jokowi, Morrison juga dijadwalkan datang ke forum bisnis RI-Australia pada Sabtu (1/9)yang akan dihadiri sekitar 200 pengusaha kedua negara






Credit  cnnindonesia.com