MOSKOW
- Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, Amerika Serikat (AS) dan
sekutunya hanya membutuhkan waktu 24 jam untuk menyiapkan kelompok
serangan rudal untuk menggempur Suriah. Koalisi Amerika sudah memiliki
sekitar 70 kendaraan tempur penembak rudal yang sudah siaga di Timur
Tengah.
Pernyataan kementerian itu muncul setelah Moskow memperingatkan akan adanya serangan senjata kimia oleh kelompok militan di Idlib dengan tujuan memfitnah rezim Suriah agar diserang Barat. Menurut Moskow, taktik "serangan bendera palsu" ini mirip dengan serangan AS, Inggris dan Prancis pada April 2018 lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, pada Kamis (30/8/2018), seperti dikutip Russia Today, mengatakan sekitar 70 kendaraan tempur penembak rudal koalisi AS sudah dikerahkan ke Timur Tengah.
Menurutnya, ada hampir 380 rudal jelajah yang disiapkan. Kapal perang andalan AS yang siaga salah satunya kapal "Karni" dan "Ross" yang masing-masing membawa 28 rudal jelajah Tomahawk.
Pemerintah Rusia sebelumnya juga memperingatkan AS setelah tanda-tanda bahwa Washington dan para sekutunya akan menyerang Suriah semakin menguat. Moskow memperingatkan, serangan terhadap sekutunya akan dinyatakan "agresi tanpa dasar dan ilegal".
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengaku sudah menyampaikan sikap keprihatinan Moskow kepada para pejabat Washington terkait gerak-gerik Amerika Serikat yang sedang mempersiapkan serangan baru terhadap Suriah.
Salah satu pejabat Washington yang ditemui Antonov Jumat pekan lalu adalah James Jeffrey, perwakilan khusus Amerika Serikat untuk Suriah.
Amerika Serikat dan sekutunya mengabaikan informasi intelijen yang sudahh diberikan oleh Rusia bahwa serangan senjata kimia di Idlib direncanakan kelompok militan Front al-Nusra (kini dikenal sebagai Tahrir al-Sham) yang bekerjasama dengan kelompok relawan White Helmets.
"Militan berencana menggunakan sandera anak dalam insiden yang dipentaskan," kata Antonov, seperti dilansir Russia Today.
Moskow memperingatkan Washington agar tidak jatuh karena provokasi kelompok militan tersebut. Menurut Antonov, serangan udara besar-besaran yang menargetkan infrastruktur militer dan sipil Suriah akan menjadi tindakan agresi tanpa dasar dan ilegal terhadap Suriah.
"Eskalasi baru di Suriah tidak sesuai dengan kepentingan pihak mana pun. Kami percaya bahwa kekhawatiran kami akan didengar," kata Antonov.
Credit sindonews.com