TEHERAN
- Iran akan membuat Amerika Serikat (AS) menyesal karena kembali
menerapkan sanksi kepada negara Mullah itu. Hal itu ditegaskan oleh
Presiden Iran Hassan Rouhani.
"Melalui persatuan dan solidaritas, Iran akan mengusir kembalinya sanksi," kata Rouhani seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (7/8/2018).
"Trump akan belajar bahwa tekanan semacam ini tidak akan membuat Iran menyerah di masa lalu dan tidak akan pernah melakukannya di masa depan," tegasnya.
Rouhani juga mengatakan bahwa pemerintah AS tidak dapat dipercaya untuk bernegosiasi setelah penarikannya dari kesepakatan nuklir Iran.
"Pembicaraan perlu kejujuran," kata Presiden Iran itu dalam pidato di televisi, mendesak AS untuk membuktikan kemauannya memecahkan masalah melalui negosiasi.
"Negosiasi dengan sanksi tidak masuk akal," ia menekankan, mencatat bahwa seruan Trump baru-baru ini untuk pembicaraan langsung dengan Iran hanya bertujuan menciptakan perpecahan di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat pada hari Selasa waktu setempat akan mengaktifkan banyak sanksi terhadap sektor keuangan dan industri Iran.
Tindakan ini akan membawa sanksi AS terhadap Iran ke level yang setara dengan yang terjadi sebelum kesepakatan multilateral yang dicapai pada tahun 2015.
Presiden AS Donald Trump menarik AS dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 8 Mei lalu sementara para penandatangan lainnya bersumpah untuk tetap berkomitmen terhadapnya.
Sanksi pertama, yang akan berlaku pada jam 12:01 Selasa waktu setempat, menargetkan pembelian uang kertas AS, perdagangan emas dan logam mulia lainnya, serta penggunaan grafit, batu bara, aluminium, dan baja pada proses industri Teheran.
Mereka juga mempengaruhi transaksi terkait dengan Rial Iran, penerbitan utang negara, dan sektor otomotif negara itu.
Putaran sanksi lainnya, yang akan diberlakukan ulang pada bulan November, berlaku di sektor pelabuhan Iran, sektor energi dan pengiriman, transaksi terkait perminyakan, dan transaksi asing dengan Bank Sentral Iran, menurut pernyataan itu.
"Melalui persatuan dan solidaritas, Iran akan mengusir kembalinya sanksi," kata Rouhani seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (7/8/2018).
"Trump akan belajar bahwa tekanan semacam ini tidak akan membuat Iran menyerah di masa lalu dan tidak akan pernah melakukannya di masa depan," tegasnya.
Rouhani juga mengatakan bahwa pemerintah AS tidak dapat dipercaya untuk bernegosiasi setelah penarikannya dari kesepakatan nuklir Iran.
"Pembicaraan perlu kejujuran," kata Presiden Iran itu dalam pidato di televisi, mendesak AS untuk membuktikan kemauannya memecahkan masalah melalui negosiasi.
"Negosiasi dengan sanksi tidak masuk akal," ia menekankan, mencatat bahwa seruan Trump baru-baru ini untuk pembicaraan langsung dengan Iran hanya bertujuan menciptakan perpecahan di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat pada hari Selasa waktu setempat akan mengaktifkan banyak sanksi terhadap sektor keuangan dan industri Iran.
Tindakan ini akan membawa sanksi AS terhadap Iran ke level yang setara dengan yang terjadi sebelum kesepakatan multilateral yang dicapai pada tahun 2015.
Presiden AS Donald Trump menarik AS dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 8 Mei lalu sementara para penandatangan lainnya bersumpah untuk tetap berkomitmen terhadapnya.
Sanksi pertama, yang akan berlaku pada jam 12:01 Selasa waktu setempat, menargetkan pembelian uang kertas AS, perdagangan emas dan logam mulia lainnya, serta penggunaan grafit, batu bara, aluminium, dan baja pada proses industri Teheran.
Mereka juga mempengaruhi transaksi terkait dengan Rial Iran, penerbitan utang negara, dan sektor otomotif negara itu.
Putaran sanksi lainnya, yang akan diberlakukan ulang pada bulan November, berlaku di sektor pelabuhan Iran, sektor energi dan pengiriman, transaksi terkait perminyakan, dan transaksi asing dengan Bank Sentral Iran, menurut pernyataan itu.
Credit sindonews.com