MOSKOW
- Rusia khawatir aksi saling tembak antara Israel dan Iran benar-benar
terjadi di wilayah Suriah. Moskow juga mencemaskan serangan udara
inisiatif Israel di negara yang dilanda krisis itu akan menyebabkan
konflik regional berskala besar.
Kekhawatiran Moskow disampaikan Deputi Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov kepada penyiar media Israel, Kan 11, dalam sebuah wawancara.
"Kami melihat ancaman yang pada titik tertentu, peristiwa-peristiwa ini, pertukaran serangan ini dan terutama serangan inisiatif oleh pesawat Israel di beberapa fasilitas yang terletak di Suriah, mungkin menjadi tidak terkendali dan mengarah ke kemunduran yang sangat serius dari situasi di wilayah tersebut secara umum. Saya pikir ini, tentu saja, tidak untuk kepentingan Rusia atau Israel," kata Bogdanov.
Rusia telah terlibat diskusi dengan Israel mengenai masalah ini pada berbagai tingkat lembaga pemerintah. Menurut Bogdanov, Moskow selama ini selalu mempertimbangkan semua kekhawatiran yang dirasakan para pemimpin Israel.
Pada saat yang sama, Bogdanov menekankan bahwa kehadiran Iran di Suriah terbatas pada penasihat militer dan prajurit yang membantu warga Suriah dalam perang melawan terorisme.
"Sejauh yang kami ketahui, pasukan Iran tidak hadir di wilayah Suriah. Ada prajurit Iran, penasihat. Saya pikir jumlah mereka, meskipun saya tidak tahu pasti, sangat terbatas," katanya, yang dikutip Minggu (1/7/2018).
Para pemimpin Israel selama ini mengklaim keterlibatan militer Iran dalam konflik Suriah untuk mengubah negara Bashar al-Assad itu menjadi basis militer Teheran yang setiap saat menyerang Israel.
Pada 10 Mei lalu, Angkatan Udara Israel menyerang puluhan target Iran di Suriah setelah pasukan Iran dituduh menembakkan 20 roket ke posisi Pasukan Pertahanan Israel di Dataran Tinggi Golan.
Permusuhan Israel dengan Iran telah memanas, di mana kedua pihak saling mengumbar ancaman dan saling tuduh sebagai pihak yang mendukung kelompok teroris.
Dalam wawancara itu, Bogdanov juga membahas masalah kehadiran militer Rusia di wilayah Suriah.
"Ketika perang melawan teror akan berakhir dan tidak perlu membantu Suriah dalam perang melawan terorisme, kita akan melihat keputusan negara berdaulat dan pemerintahnya; apakah kita dibutuhkan di sana atau apakah misi kita sudah berakhir," katanya.
Kekhawatiran Moskow disampaikan Deputi Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov kepada penyiar media Israel, Kan 11, dalam sebuah wawancara.
"Kami melihat ancaman yang pada titik tertentu, peristiwa-peristiwa ini, pertukaran serangan ini dan terutama serangan inisiatif oleh pesawat Israel di beberapa fasilitas yang terletak di Suriah, mungkin menjadi tidak terkendali dan mengarah ke kemunduran yang sangat serius dari situasi di wilayah tersebut secara umum. Saya pikir ini, tentu saja, tidak untuk kepentingan Rusia atau Israel," kata Bogdanov.
Rusia telah terlibat diskusi dengan Israel mengenai masalah ini pada berbagai tingkat lembaga pemerintah. Menurut Bogdanov, Moskow selama ini selalu mempertimbangkan semua kekhawatiran yang dirasakan para pemimpin Israel.
Pada saat yang sama, Bogdanov menekankan bahwa kehadiran Iran di Suriah terbatas pada penasihat militer dan prajurit yang membantu warga Suriah dalam perang melawan terorisme.
"Sejauh yang kami ketahui, pasukan Iran tidak hadir di wilayah Suriah. Ada prajurit Iran, penasihat. Saya pikir jumlah mereka, meskipun saya tidak tahu pasti, sangat terbatas," katanya, yang dikutip Minggu (1/7/2018).
Para pemimpin Israel selama ini mengklaim keterlibatan militer Iran dalam konflik Suriah untuk mengubah negara Bashar al-Assad itu menjadi basis militer Teheran yang setiap saat menyerang Israel.
Pada 10 Mei lalu, Angkatan Udara Israel menyerang puluhan target Iran di Suriah setelah pasukan Iran dituduh menembakkan 20 roket ke posisi Pasukan Pertahanan Israel di Dataran Tinggi Golan.
Permusuhan Israel dengan Iran telah memanas, di mana kedua pihak saling mengumbar ancaman dan saling tuduh sebagai pihak yang mendukung kelompok teroris.
Dalam wawancara itu, Bogdanov juga membahas masalah kehadiran militer Rusia di wilayah Suriah.
"Ketika perang melawan teror akan berakhir dan tidak perlu membantu Suriah dalam perang melawan terorisme, kita akan melihat keputusan negara berdaulat dan pemerintahnya; apakah kita dibutuhkan di sana atau apakah misi kita sudah berakhir," katanya.
Credit sindonews.com