LONDON
- Kim Jong-un, diktator muda Korea Utara (Korut) memiliki rencana
pelarian ke China jika terjadi serangan militer AS ke negaranya. Rute
ini dibocorkan mantan diplomat Pyongyang kepada CIA dan MI5.
Jika rencana pelarian itu terlaksana, sang diktator muda Pyongyang hanya akan membawa sekelompok kecil orang bersamanya, termasuk istri dan dua ahli roketnya.
Mantan diplomat pembocor rute rahasia ini adalah Thae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korut untuk Inggris yang membelot pada tahun lalu. Sebelum membelot, dia pernah menjadi anggota terpercaya dari “sanctum” Kim.
Dalam bocorannya, Thae Yong-ho mengatakan, Kim Jong-un akan mengarahkan respons militer negaranya dari wilayah aman di China, dekat dengan sungai Yalu yang menandai perbatasan kedua negara. Sungai perbatasan itulah yang jadi rute pelarian Kim Jong-un jika AS benar-benar menyerang Pyongyang.
Pemimpin Korut itu akan didampingi oleh dua ahli roket; Jenderal Kim Rak-gyom dan Kim Jong-sik.
Awalnya, mantan pejabat Angkatan Udara Korut, Jenderal Ri Pyong-chol, juga ikut dalam daftar rencana pelarian Kim. Namun, karena alasan yang tak diketahui, namanya telah dicoret dari daftar.
Media pemerintah China sebelumnya menyatakan sikap Beijing yang netral jika sekutunya itu meluncurkan serangan militer terlebih dahulu kepada Washington. Namun, jika AS menyerang lebih dulu, China akan mencegahnya.
Thae mengungkapkan rincian rencana pelarian pemimpin Pyongyang tersebut dalam sebuah debat panjang di Kent setelah pembelotannya atau sebelum istri dan dua anaknya diterbangkan ke Korea Selatan melalui Jerman.
Jika rencana pelarian itu terlaksana, sang diktator muda Pyongyang hanya akan membawa sekelompok kecil orang bersamanya, termasuk istri dan dua ahli roketnya.
Mantan diplomat pembocor rute rahasia ini adalah Thae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korut untuk Inggris yang membelot pada tahun lalu. Sebelum membelot, dia pernah menjadi anggota terpercaya dari “sanctum” Kim.
Dalam bocorannya, Thae Yong-ho mengatakan, Kim Jong-un akan mengarahkan respons militer negaranya dari wilayah aman di China, dekat dengan sungai Yalu yang menandai perbatasan kedua negara. Sungai perbatasan itulah yang jadi rute pelarian Kim Jong-un jika AS benar-benar menyerang Pyongyang.
Pemimpin Korut itu akan didampingi oleh dua ahli roket; Jenderal Kim Rak-gyom dan Kim Jong-sik.
Awalnya, mantan pejabat Angkatan Udara Korut, Jenderal Ri Pyong-chol, juga ikut dalam daftar rencana pelarian Kim. Namun, karena alasan yang tak diketahui, namanya telah dicoret dari daftar.
Media pemerintah China sebelumnya menyatakan sikap Beijing yang netral jika sekutunya itu meluncurkan serangan militer terlebih dahulu kepada Washington. Namun, jika AS menyerang lebih dulu, China akan mencegahnya.
Thae mengungkapkan rincian rencana pelarian pemimpin Pyongyang tersebut dalam sebuah debat panjang di Kent setelah pembelotannya atau sebelum istri dan dua anaknya diterbangkan ke Korea Selatan melalui Jerman.
Untuk pelariannya, lanjut Thae, Kim akan menggunakan salah satu dari dua pesawat kecil yang sepenuhnya stand-by.
Pesawat akan lepas landas dari sebuah landasan terbang—satu dari lima landasan terbang—yang dekat dengan istana milik pemimpin tertinggi Korut itu.
Rencana pelarian lainnya akan menggunakan kereta pribadi di dekat perbatasan. Salah satu situs yang kemungkinan digunakan untuk pelarian itu adalah situs di dekat sebuah istana di kota pelabuhan Wonsan. Keluarga Kim juga memiliki bangunan di teluk Wonsan, tempat dia menjamu bintang NBA Dennis Rodman pada tahun 2013.
Masih menurut bocoran Thae, istri Kim; Ri Sol-ju, 27, akan terbang di pesawat kedua bersama Jenderal Kim Jong-sik. Putri Kim, Ju-ae, tidak dibahas dalam rencana tersebut.
Dua ahli roket yang akan menyertai pelarian Kim, merupakan sosok penting bagi rezim Pyongyang. Jenderal Kim Rak-gyom, Kepala Pasukan Strategis Roket Korea Utara, baru-baru ini menuduh Presiden AS Donald Trump sebagai sosok yang "pikun".
Sedangkan ahli roket lainnya, Ri Pyong-chol, pernah bekerja untuk ayah Kim Jong-un. Dia merupakan Wakil Direktur Departemen Industri Munisi Partai Buruh, yang mengawasi pengembangan program rudal balistik Korea Utara.
Ri telah mengunjungi China ketika menjadi Kepala Angkatan Udara Korea Utara pada tahun 2008. Pada tahun 2011, dia juga mengunjungi sebuah pabrik pesawat jet tempur Rusia.
Sumber intelijen Inggris, seperti dilansir express.co.uk, semalam (20/8/2017), membenarkan bahwa intelijen memperoleh bocoran rute rencana pelarian Kim Jong-un dari pembelot Pyongyang.
”(Mantan) wakil duta besar (Thae Yong-ho) mengatakan bahwa Kim memiliki dua pesawat bermesin tunggal mirip Cessna yang dibuat di Korea Utara, yang selalu dipacu dan siap untuk digunakan,” katanya.
”Dia memberi kami nama tiga orang yang akan menemaninya, salah satunya adalah ilmuwan roket papan atas negara itu.”
Credit sindonews.com