Pria yang berhasil menghentikan ransomware akhirnya dilepaskan dari penjara oleh FBI. (dok. Thinkstock/g-stockstudio)
Jakarta, CB --
Pakar keamanan siber yang berhasil menghentikan serangan
ransomware WannaCry akhirnya dibebaskan FBI. Sebelumnya, Marcus
Hutchins--pakar keamanan siber yang menghentikan serangan WannaCry ini
ditangkap Biro Federal Investigasi (FBI) di Nevada..
FBI mencurigai atas tuduhan membuat kode berbahaya (malware) yang
dapat mencuri data perbankan korban. Malware ini kemudian ditengarai
dijual ke pasar gelap online.
Pada Senin (7/8), Hutchins yang merupakan pakar keamanan siber Kryptos Logic ini telah. Ia dijadwalkan menghadiri pengadilan di Milwaukee kemarin, Selasa (8/8). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Juru Bicara Penjara Kayla Gieni.
Berdasarkan keterangan seorang jaksa, Hutchins mengaku kepada penyidik bahwa ia menulis kode berbahaya tersebut dan memberikan isyarat bahwa ia memang menjualnya. Kondisi tersebut membuat pria berusia 23 tahun ini terikat pada tuntutan yang berat, sehingga ia diminta menyerahkan paspor dan pergerakannya dipantu oleh GPS. Demikian diberitakan The Telegraph.
Pengacaranya Adrian Lobo menyatakan bahwa pihak Hutchins berkeras untuk melawan kasus ini dan tidak akan mengajukan permohonan bersalah atas seluruh tuduhan.
Diberitakan Techcrunch, Pendukung Hutchins juga tetap berkumpul untuk menyumbang dan menutupi biaya hukumnya. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Symantec Cybersecurity Czar Tara Wheeler dan firma hukum teknologi Tor Ekeland. Penggalanan dana tersebut berhasil mengumpulkan US$30,000 (setara dengan Rp390 juta).
"Meskipun kita sebagai sebuah komunitas tidak mengetahui semua rincian tentang tuduhan terhadap Marcus Hutchins, kami mengetahui bahwa semua orang memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan pembelaan hukum di Amerika Serikat ketika dituduh melakukan kejahatan," tulis Wheeler dalam sebuah pesan yang menyertai halaman sumbangan tersebut.
Menghentikan WannaCry
Sebelumnya, Hutchins sempat dipuji karena menemukan tombol pembunuh yang menahan ransomware jenis WannaCry. Ransomware ini telah menyerang dan mengganggu komputer pabrik mobil, rumah sakit, toko-toko, dan sekolah di lebih dari 150 negara. Lebih dari 300 ribu komputer terkinfeksi ransomware ini di awal tahun ini.
Ransomware sendiri adalah sejenis malware yang mengunci laptop atau komputer korban dengan kode tertentu (enkripsi). Begitu terkunci, PC korban tak bisa diakses kembali. Penyebar ransomware ini lantas akan meminta tebusan (ransom) untuk membuka PC.
Itulah mengapa malware ini disebut ransomware. Namun, begitu tebusan diberikan, tidak menjadi jaminan PC pengguna akan dibuka oleh mereka.
"Saya jelas bukan pahlawan, saya hanya seseorang yang melakukan sedikit untuk menghentikan botnet," ucap Hutchins.
Pada Senin (7/8), Hutchins yang merupakan pakar keamanan siber Kryptos Logic ini telah. Ia dijadwalkan menghadiri pengadilan di Milwaukee kemarin, Selasa (8/8). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Juru Bicara Penjara Kayla Gieni.
Berdasarkan keterangan seorang jaksa, Hutchins mengaku kepada penyidik bahwa ia menulis kode berbahaya tersebut dan memberikan isyarat bahwa ia memang menjualnya. Kondisi tersebut membuat pria berusia 23 tahun ini terikat pada tuntutan yang berat, sehingga ia diminta menyerahkan paspor dan pergerakannya dipantu oleh GPS. Demikian diberitakan The Telegraph.
|
Pengacaranya Adrian Lobo menyatakan bahwa pihak Hutchins berkeras untuk melawan kasus ini dan tidak akan mengajukan permohonan bersalah atas seluruh tuduhan.
Diberitakan Techcrunch, Pendukung Hutchins juga tetap berkumpul untuk menyumbang dan menutupi biaya hukumnya. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Symantec Cybersecurity Czar Tara Wheeler dan firma hukum teknologi Tor Ekeland. Penggalanan dana tersebut berhasil mengumpulkan US$30,000 (setara dengan Rp390 juta).
"Meskipun kita sebagai sebuah komunitas tidak mengetahui semua rincian tentang tuduhan terhadap Marcus Hutchins, kami mengetahui bahwa semua orang memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan pembelaan hukum di Amerika Serikat ketika dituduh melakukan kejahatan," tulis Wheeler dalam sebuah pesan yang menyertai halaman sumbangan tersebut.
Menghentikan WannaCry
Sebelumnya, Hutchins sempat dipuji karena menemukan tombol pembunuh yang menahan ransomware jenis WannaCry. Ransomware ini telah menyerang dan mengganggu komputer pabrik mobil, rumah sakit, toko-toko, dan sekolah di lebih dari 150 negara. Lebih dari 300 ribu komputer terkinfeksi ransomware ini di awal tahun ini.
|
Ransomware sendiri adalah sejenis malware yang mengunci laptop atau komputer korban dengan kode tertentu (enkripsi). Begitu terkunci, PC korban tak bisa diakses kembali. Penyebar ransomware ini lantas akan meminta tebusan (ransom) untuk membuka PC.
Itulah mengapa malware ini disebut ransomware. Namun, begitu tebusan diberikan, tidak menjadi jaminan PC pengguna akan dibuka oleh mereka.
"Saya jelas bukan pahlawan, saya hanya seseorang yang melakukan sedikit untuk menghentikan botnet," ucap Hutchins.
Credit CNN Indonesia