Washington (CB) - Sebuah kapal perusak milik angkatan laut
AS menggelar "operasi kebebasan berlayar" kemarin dengan hanya berjarak
12 mil laut dari pulau buatan yang dibangun China di Laut China
Selatan, kata para pejabat AS kepada Reuters.
Operasi ini digelar di tengah upaya pemerintahan Presiden Donald Trump menjalin kerja sama China dalam masalah peluru kendali dan program nuklir Korea Utara. Manuver ini dikhawatirkan mempersulit kemungkinan kedua negara dalam mempunyai pandangan bersama menyangkut Korea Utara.
Para pejabat AS yang meminta namanya tidak disebutkan itu menyatakan bahwa USS John S. McCain telah mendekat ke Pulau Karang Mischief di Kepulauan Spratly. China bersengketa dengan negara-negara tetangganya di area ini.
Ini adalah "operasi kebebaran berlayar" yang ketiga selama pemerintahan Trump. AS menganggap China telah membatasi kebebasan berlajar di perairan strategis itu.
Kementerian Pertahanan China mengungkapkan dua kapal China telah diterjunkan dan sudah memperingatkan kapal perusak AS itu untuk pergi. China menyebut tindakan itu sebagai provokasi yang merusak hubungan saling percaya di antara kedua negara.
Operasi ini digelar di tengah upaya pemerintahan Presiden Donald Trump menjalin kerja sama China dalam masalah peluru kendali dan program nuklir Korea Utara. Manuver ini dikhawatirkan mempersulit kemungkinan kedua negara dalam mempunyai pandangan bersama menyangkut Korea Utara.
Para pejabat AS yang meminta namanya tidak disebutkan itu menyatakan bahwa USS John S. McCain telah mendekat ke Pulau Karang Mischief di Kepulauan Spratly. China bersengketa dengan negara-negara tetangganya di area ini.
Ini adalah "operasi kebebaran berlayar" yang ketiga selama pemerintahan Trump. AS menganggap China telah membatasi kebebasan berlajar di perairan strategis itu.
Kementerian Pertahanan China mengungkapkan dua kapal China telah diterjunkan dan sudah memperingatkan kapal perusak AS itu untuk pergi. China menyebut tindakan itu sebagai provokasi yang merusak hubungan saling percaya di antara kedua negara.
Credit antaranews.com
AS Kerahkan Kapal Perang ke Wilayah yang Diklaim China di LCS
Ilustrasi kapal USS John S. McCain. (U.S. Navy/Mass Communication Specialist Seaman Cheng S. Yang/Handout via Reuters)
Jakarta, CB --
Amerika Serikat mengerahkan kapal perang Angkatan Laut ke radius
12 mil laut dari pulau buatan China di daerah sengketa Laut China
Selatan pada Kamis (10/8).
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters, kapal induk USS John S. McCain itu berlayar sangat dekat dengan Mischief Reef di Kepulauan Spratly, melewati pulau-pulau kecil, terumbu karang, dan ikan-ikan di sekitarnya.
Kementerian Pertahanan China pun mengonfirmasi, pihaknya langsung mengerahkan dua kapal perang untuk memperingati kapal AS untuk segera hengkang. Mereka menyebut aksi ini sebagai "provokasi" dan merusak kepercayaan.
"China sangat menentang pamer kekuatan semacam ini, juga dorongan aksi militer regional yang dilakukan oleh AS, yang dapat dengan mudah menyebabkan insiden di laut atau udara," demikian pernyataan Kemenhan China.
Sebagaimana dilansir Reuters, ini merupakan kali ketiga AS melakukan "operasi kebebasan berlayar" di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Sejak era Barack Obama, AS rutin melakukan operasi semacam ini di Laut China Selatan untuk menentang klaim sepihak China atas 90 persen wilayah di Laut China Selatan.
Wilayah-wilayah ini yang terletak di jalur perdagangan tersibuk ini juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Pengadilan Tetap Arbitrase sebenarnya sudah menolak klaim China ini. Namun, Beijing menolak keputusan tersebut, bahkan tak mengakui keberadaan pengadilan itu.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters, kapal induk USS John S. McCain itu berlayar sangat dekat dengan Mischief Reef di Kepulauan Spratly, melewati pulau-pulau kecil, terumbu karang, dan ikan-ikan di sekitarnya.
Kementerian Pertahanan China pun mengonfirmasi, pihaknya langsung mengerahkan dua kapal perang untuk memperingati kapal AS untuk segera hengkang. Mereka menyebut aksi ini sebagai "provokasi" dan merusak kepercayaan.
"China sangat menentang pamer kekuatan semacam ini, juga dorongan aksi militer regional yang dilakukan oleh AS, yang dapat dengan mudah menyebabkan insiden di laut atau udara," demikian pernyataan Kemenhan China.
Sebagaimana dilansir Reuters, ini merupakan kali ketiga AS melakukan "operasi kebebasan berlayar" di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Sejak era Barack Obama, AS rutin melakukan operasi semacam ini di Laut China Selatan untuk menentang klaim sepihak China atas 90 persen wilayah di Laut China Selatan.
Wilayah-wilayah ini yang terletak di jalur perdagangan tersibuk ini juga diklaim oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Pengadilan Tetap Arbitrase sebenarnya sudah menolak klaim China ini. Namun, Beijing menolak keputusan tersebut, bahkan tak mengakui keberadaan pengadilan itu.
Credit cnnindonesia.com