WASHINGTON
- Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan pembicaraan atau saluran
bilateral dengan Rusia terkait krisis Suriah. Alasannya, Rusia tidak
memegang komitmennya untuk menghentikan kekerasan di Suriah.
”Amerika Serikat menangguhkan partisipasinya dalam saluran bilateral dengan Rusia yang didirikan untuk mempertahankan penghentian permusuhan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Menurut seorang pejabat senior AS, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry terakhir berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Selasa (4/10/2016). Pekan lalu, Kerry sudah mengancam akan hengkang dari pembicaraan dengan Rusia setelah Moskow menolak menghentikan serangan di Aleppo, Suriah.
Sementara itu, di Moskow, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa AS sedang berusaha untuk bergeser posisi guna menyalahkan Rusia, yang dalam beberapa hari terakhir telah mencoba untuk mempertahankan perjanjian gencatan senjata.
Terlepas dari klaim AS atau Rusia yang benar, pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh milisi Iran dan kekuatan Angkatan Udara Rusia, sejak pekan lalu telah meningkatkan serangannya ke wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo. Serangan rezim Suriah ini menghancurkan sejumlah rumah sakit hingga pasokan air bersih.
Seorang pejabat intelijen AS mengatakan aksi pengeboman di Aleppo adalah salah satu yang paling mematikan sejak perang saudara meletus di Suriah tahun 2011.
”Serangan udara ini, sebagian besar difokuskan pada Aleppo, dan telah memanfaatkan berbagai amunisi mematikan, termasuk bom barel, bom thermobaric, amunisi pembakar, bom cluster dan bom busters bunker,” ujar pejabat intelijen yang berbicara tanpa bersedia menyebut nama, seperti dikutip Reuters.
”Amerika Serikat menangguhkan partisipasinya dalam saluran bilateral dengan Rusia yang didirikan untuk mempertahankan penghentian permusuhan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Menurut seorang pejabat senior AS, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry terakhir berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Selasa (4/10/2016). Pekan lalu, Kerry sudah mengancam akan hengkang dari pembicaraan dengan Rusia setelah Moskow menolak menghentikan serangan di Aleppo, Suriah.
Sementara itu, di Moskow, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa AS sedang berusaha untuk bergeser posisi guna menyalahkan Rusia, yang dalam beberapa hari terakhir telah mencoba untuk mempertahankan perjanjian gencatan senjata.
Terlepas dari klaim AS atau Rusia yang benar, pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung oleh milisi Iran dan kekuatan Angkatan Udara Rusia, sejak pekan lalu telah meningkatkan serangannya ke wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo. Serangan rezim Suriah ini menghancurkan sejumlah rumah sakit hingga pasokan air bersih.
Seorang pejabat intelijen AS mengatakan aksi pengeboman di Aleppo adalah salah satu yang paling mematikan sejak perang saudara meletus di Suriah tahun 2011.
”Serangan udara ini, sebagian besar difokuskan pada Aleppo, dan telah memanfaatkan berbagai amunisi mematikan, termasuk bom barel, bom thermobaric, amunisi pembakar, bom cluster dan bom busters bunker,” ujar pejabat intelijen yang berbicara tanpa bersedia menyebut nama, seperti dikutip Reuters.
Credit Sindonews