Menteri Luar Negeri Rusia Sergei
Lavrov (kanan) dan Menlu AS John Kerry (kiri) dalam pertemuan di
Kremlin, Moskow. Lavrov menilai kebijakan luar negeri AS memperburuk
hubungan dengan Rusia. (Reuters/Andrew Kelly)
Dalam wawancara dengan televisi milik Rusia pada Minggu (9/10), Lavrov memaparkan bahwa ketegangan hubungan antara AS-Rusia dilatarbelakangi berbagai macam isu kompleks mulai dari konflik Suriah dan krisis Ukraina. Kebijakan AS, kata Lavrov, menimbulkan suasana ketidakpercayaan pada hubungan antar kedua negara, sehingga dapat menyebabkan hal-hal tidak terduga bisa terjadi.
Dalam sebuah interview televisi, Lavrov mengeluhkan pergerakan NATO beserta perangkat militernya yang terus mendekati perbatasan Rusia mengancam keamanan negaranya. Sanksi-sanksi yang dilayangkan AS kepada Rusia terkait krisis Ukraina juga dinilai semakin mengancam kepentingan nasional Rusia.
Lavrov mendapati bahwa beberapa pembuat kebijakan di Washington menyarankan Obama untuk melayangkan sanksi pada kekuatan militer pemerintah Suriah akibat gencatan senjata di Aleppo. Tekanan internasional yang datang kepada Rusia untuk menghentikan serangan udara dan militer di Suriah tidak dapat diterima.
"(Pemberian sanksi dan upaya penghentian intervensi Rusia di Suriah) merupakan permainan berbahaya, di mana Rusia berada di Suriah atas kesepakatan sah dan legal dari pemerintah Suriah yang memiliki dua pangkalan pertahanan udara di sana untuk melindungi aset," kata Lavrov.
Karena itu, Rusia menangguhkan perjanjiannya dengan Washington terkait penarikan senjata plutonium bulan ini sebagai respons terkait tekanan yang diberikan AS kepada Rusia.
Lavrov menyebut kedua negara memiliki hak untuk tidak melanjutkan perjanjian tersebut dikarenakan adanya perubahan fundamental yang terjadi.
"Perjanjian itu disepakati saat hubungan kedua negara dalam hubungan yang normal, beradab dan tidak ada satu di antaranya mencoba untuk mengintervensi kepentingan internal yang lainnya," ucap Lavrov.
Credit CNN Indonesia