Saksi mengatakan pada Ma'an News bahwa mereka masuk ke kompleks melalui Morrocan Gate dan keluar melalui Chain Gate. Di dalam mereka melakukan ritual keagamaan sambil dikawal pasukan bersenjata.
Hal ini melanggar kesepakatan yang telah ada sebelumnya. Bahwa jemaat non-Muslim tidak diizinkan beribadah di kompleks al-Aqsa. Insiden ini juga berlangsung menyusul peningkatan keberadaan polisi Israel di wilayah okupasi Yerusalem Timur selama perayaan.
Pada Ahad, pasukan Israel juga menggerebek sejumlah rumah di Kota Tua dan menahan 15 warga Palestina. Beberapa jam setelahnya mereka dibebaskan, namun dilarang masuk kompleks al-Aqsa.
Sementara itu, kelompok Yahudi sayap kanan telah menyeru warga Israel lain untuk mengunjungi kompleks selama tiga hari perayaan Rosh Hashanah. Namun mereka harus mendapat pengamanan dari militer Israel untuk masuk ke sana.
Dalam pernyataan pada Ahad, Juru bicara kepolisian Israel untuk media Arab, Luba al-Samri mengatakan, sejumlah besar polisi, penjaga perbatasan dan relawan telah dikerahkan di seluruh Yerusalem. Khususnya di Kota Tua dan pinggiran, khusus untuk tiga hari.
Kompleks al-Aqsa yang terletak dekat plaza Western Wall itu terdiri dari Dome of Rock dan Masjid al-Aqsa. Masjid al-Aqsa merupakan situs suci ketiga umat Islam.
Yahudi meyakini tempat itu sebagai kuil pertama dan kedua berdiri. Kuil kedua hancur saat era Roman pada abad 70 sebelum Masehi.
Saat aneksasi ilegal Israel di Yerusalem Timur pada 1967, Israel membuat kesepakatan dengan Muslim. Bahwa non-Muslim diizinkan berkunjung, tapi dilarang beribadah di kompleks Masjid al-Aqsa.
Pasukan Israel harus mengawal Yahudi yang berkunjung ke sana. Ketegangan antara Israel dan Palestina membuat kompleks menjadi daerah rawan. Sejumlah kericuhan tercatat karena hal ini.
Credit REPUBLIKA.CO.ID