Selasa, 09 Agustus 2016

Di Balik Membaiknya Hubungan Turki dan Rusia

 Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
 
CB, SAINT PETERSBURG --  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan melaksanakan pertemuan di Kota Saint Petersburg, Rusia, Selasa (9/8).
Seperti dilansir Hurriyetdaily News, sebelumnya, kedua negara mengalami hubungan yang tidak baik setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia di perbatasan Turki-Suriah pada 2015 lalu.  Namun hubungan keduanya mencair baru baru ini. Turki mengajukan permohonan maaf pada Rusia.
Pertemuan ini juga bertepatan dengan nilai ekspor Turki ke Rusia yang turun 59,9 persen dan jumlah wisatawan Rusia turun 87,3 persen dalam enam bulan pertama. Oleh karena itu, topik utama yang akan dibahas pada pertemuan hari ini adalah perdagangan, pariwisata dan energi.

Menurut Wakil Presiden Rusia Arkady Dvorkovish yang bertemu Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek baru-baru ini, proyek 'Turkish Stream' tentang mengangkut gas alam dari Rusia ke Turki akan segera dilanjutkan. Sudah rahasia umum bahwa Rusia ingin menggantikan Ukraina dalam mengekspor gas alam ke Eropa. Maka proyek ini pun mempersatukan ambisi kedua negara tersebut.

Proyek Turkish Stream merupakan pekerjaan yang sudah diinisiasi sejak 2014. Namun, proyek terhenti karena insiden penembakan jet tempur Rusia pada November 2015 lalu.
Analis yang mengepalai Asosiasi Ekonomi Energi Internasional (IAEE), Profesor Gurkan Kumbaroglu menyatakan pada kantor berita Rusia Sputnik, bahwa semua pihak, baik Turki, Rusia, serta Eropa akan mendapat keuntungan dari proyek ini.

"Proyek Turkish Stream sangat penting bagi Eropa. Meskipun beberapa negara di Uni Eropa sangat menentang proyek tersebut," katanya pada Sputnik,  Senin (8/8). Ia juga menambahkan bahwa Komisi Eropa tidak akan mendukung proyek itu.

Tapi menurut Kumbaroglu hal itu bukanlah masalah, hubungan bilateral antara Turki dan Rusia tidak perlu disetujui oleh Uni Eropa karena Turki bukan anggota blok tersebut.
Di sisi lain, proyek kedua negara yang terhenti yakni Pembangkit Nuklir Mersin Akkuyu. Proyek ini ditangguhkan setelah pesawat Rusia ditembak jatuh. Dengan membaiknya hubungan kedua negara, proyek ini diharapkan akan kembali berjalan.
Dari sisi politik, membaiknya hubungan Turki dan Rusia terjadi di tengah berita kudeta. Kudeta gagal yang terjadi di Turki membuat hubungan Ankara dan negara Barat, terutama AS memburuk. Turki telah meminta AS mengekstradisi Fethullah Gulen, namun Paman Sam masih bergeming. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam, hubungan Turki dengan AS akan memburuk jika Gulen tak diesktradisi.














Credit  REPUBLIKA.CO.ID