Jumat, 03 Agustus 2018

Indonesia Dianggap Bukan Prioritas Politik Luar Negeri Trump


Indonesia Dianggap Bukan Prioritas Politik Luar Negeri Trump
Direktur Pusat Studi Asia Tenggara Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington DC, Brian Harding, menganggap AS lebih fokus pada kawasan Asia Timur. (CNN Indonesia/Riva Dessthania Suastha)




Jakarta, CB -- Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia secara khusus, dianggap tidak begitu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump saat ini.

Hal ini diakui oleh Direktur Pusat Studi Asia Tenggara Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington DC, Brian Harding.

"Hubungan Indonesia dan AS tidak ke mana-mana bahkan tidak mendekati potensi yang seharusnya di bawah pemerintahan Trump karena secara lebih luas Asia Tenggara bahkan bukan menjadi prioritas Trump saat ini," ujar Harding dalam diskusi di Jakarta, Kamis (2/8).



Menurut Harding, di bawah komando Trump, AS memusatkan perhatiannya pada kawasan Asia Timur, terutama karena persaingan dengan China dan isu nuklir Korea Utara.



Harding mengatakan sejak hari pertama Trump menjabat di Gedung Putih, presiden ke-45 itu telah memfokuskan kebijakan untuk membendung kebangkitan China yang dianggap ancaman utama AS tak hanya dalam masalah ekonomi, tapi juga politik dan keamanan.

Selain itu, isu nuklir Korea Utara juga menjadi salah satu fokus politik luar negeri AS selama setidaknya sembilan bulan terakhir.

"Karena itu untuk saat ini Asia Tenggara termasuk Indonesia bukan jadi prioritas. Meski begitu, pejabat di Washington tetap melihat ASEAN dan Indonesia sebagai mitra penting AS. Tapi sayangnya perhatian itu belum diimplementasikan dalam kebijakan politik luar negeri yang konkret," ujar Harding.

Kekurangan prioritas AS terhadap Indonesia, kata Harding, terlihat dari ketiadaan rencana Trump untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Jakarta.



Harding mengatakan bahwa lawatan seorang presiden AS ke suatu tempat mencerminkan bahwa negara itu masuk dalam prioritas kebijakan luar negeri Washington.

"Menurut saya lawatan Jokowi ke Washington atau Trump ke Jakarta ini penting untuk menunjukkan sinyal bahwa RI-AS berkomitmen memperkuat kerja sama bilateral. Kedua pemimpin diharapkan bisa merealisasikan rencana ini untuk memberi sinyal bahwa hubungan kedua negara signifikan," kata mantan pejabat di Kementerian Pertahanan AS itu.

Walau tak sepenuhnya menjadi prioritas, AS masih menganggap Indonesia salah satu mitra terpenting di kawasan. Ini terlihat dari Trump sudah beberapa kali meminta sejumlah tangan kanannya melawat ke Jakarta.

Pada Januari lalu, Menteri Pertahanan James Mattis berkunjung ke Indonesia. Tak berselang lama, Wakil Presiden Mike Pence juga melakukan lawatan ke Jakarta.



Akhir pekan ini, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga direncanakan berkunjung ke Indonesia setelah menghadiri serangkaian pertemuan menteri negara ASEAN dan negara mitra di Singapura.

Harding menilai rencana kunjungan mantan Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) itu ke Jakarta menegaskan pendekatan AS di kawasan.

"Saya pikir isu panas saat ini antara AS-RI adalah mengenai isu perdagangan, ini kemungkinan dibahas Pompeo saat berkunjung ke Jakarta nanti. Namun, saya juga berharap akan ada pengumuman dari Pompeo terkait rencana lawatan presiden Trump ke Jakarta atau Presiden Jokowi ke Washington," tutur Harding.

"Saya berasumsi bahwa seluruh pemimpin negara di Asia Tenggara tengah merencanakan lawatan ke Gedung Putih. Namun, saya belum melihat ini pada Presiden Jokowi." 





Credit  cnnindonesia.com