Jumat, 06 Juli 2018

Israel Jadikan Protes Gaza Tempat Uji Coba Senjata Baru



Israel Jadikan Protes Gaza Tempat Uji Coba Senjata Baru
Israel jadikan aksi demonstrasi Great March of Return di Gaza sebagai ajang uji coba dan promosi senjata baru. Foto/Istimewa
TEL AVIV - Para aktivis hak asasi manusia (HAM) mengatakan pasukan keamanan Israel, IDF, telah menjadikan Gaza laboratorium dan ruang pamer untuk senjata dan teknologi baru yang rencananya akan dijual.

Militer Israel dan perusahaan pertahanan disebut telah mengeksploitasi aksi protes di Gaza yang mematikan untuk menguji dan mempromosikan perangkat keras seperti drone, senapan sniper, dan pagar pintar.

"Industri militer Israel mengeksploitasi pendudukan Palestina, dan khususnya pengepungan di Gaza, sebagai arena uji-pertempuran, berinvestasi, dan inovasi teknologi militer untuk kemudian dipasarkan ke komunitas internasional berdasarkan keefektifan mereka pada warga sipil Palestina," kata laporan terbaru yang ditulis oleh kelompok hak asasi manusia Hamushim, seperti disitat dari Russia Today, Jumat (6/7/2018).

Kelompok ini mengkampanyekan menentang pendudukan Jalur Gaza dan Tepi Barat. LSM ini dijalankan oleh Koalisi Perempuan untuk Perdamaian, sebuah kelompok yang bermarkas di Israel yang bermitra dengan Komite Layanan Teman American Nobel Peace Prize-winning.

"Industri pertahanan Israel memiliki sejarah pemasaran produknya setelah bentrokan dengan warga Palestina," kata laporan itu, mencatat bahwa konflik berdarah Israel-Gaza pada tahun 2014 membantu perusahaan untuk menjual drone Hermes 900 Kochav, shell tank Hatzav generasi mendatang, dan bom pintar MPR500.

Menurut para aktivis, unjuk rasa 'Great March of Return' di Gaza juga telah membantu Tel Aviv untuk mempromosikan teknologi militer baru.

"Media Israel memusatkan perhatian pada keuntungan tempur dari keduanya dalam persiapan militer untuk Great March of Return dan selama demonstrasi itu sendiri," tulis mereka, mencatat bahwa bentrokan dengan Palestina memberikan kesempatan untuk menguji gas air mata drone Matrice 600 dan Phantom 3.

Model-model yang dijuluki 'Laut atau Air Mata' dirancang khusus untuk polisi perbatasan sebagai alat pembubaran massa. Jenis drone lain yang diperkenalkan terhadap Palestina adalah apa yang disebut 'Shoko Drones,' atau drone air, yang membombardir para pengunjuk rasa dengan cairan berbau busuk dan sangat lengket.

"Setelah penyebaran drone dianggap berhasil, tentara membeli ratusan dari mereka," tulis para aktivis.

Beberapa drone yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza ditugasi menembak jatuh layang-layang yang dipasangi dengan bom molotov. Tapi, seperti yang ditulis oleh para aktivis, menurut para saksi, drone yang sama digunakan untuk menembak orang-orang di darat.

Laporan itu mengatakan, aksi protes Gaza menjadi ajang uji coba bagi penggunaan jarak tembakan penembak jitu untuk menekan para pengunjuk rasa. Remington M24 dan senapan IWI Tavor, serta amunisi mereka, yang mampu meninggalkan luka-luka yang meluas hingga 15 cm, dipuji oleh tentara dan media. Baik drone dan senapan disajikan di pameran bergengsi dan konferensi pertahanan selama protes, para aktivis menekankan.

Pagar perbatasan Gaza sendiri mendapat bagian promonya, lapor laporan itu, mengutip CEO pabrikannya, Magal Security Systems: "Gaza telah menjadi ruang pamer bagi pagar pintar perusahaan, karena pelanggan menghargai bahwa produk tersebut sudah diuji dalam perang."

Humashim mengatakan bahwa Magal juga merupakan penyedia utama sistem perbatasan untuk tembok apartheid Tepi Barat. Menyusul pemilihan Trump, dan deklarasinya tentang pembangunan dinding perbatasan yang lebih kuat dengan Meksiko, saham Magal melonjak sebesar 19-25% di NASDAQ. 

Gelombang terbaru protes Palestina telah berkecamuk di Gaza sejak 30 Maret. Bentrokan dengan IDF menyebabkan lebih dari 100 orang Palestina tewas. Majelis Umum PBB dan sejumlah pengawas hak asasi manusia mengecam Israel atas penggunaan kekerasan terhadap Palestina.

Israel berdalih mempertahankan hak untuk membela diri, sementara IDF telah berulang kali membantah pelanggaran hak asasi manusia selama protes Gaza. Sebaliknya, militer Israel menyalahkan kelompok Hamas yang berbasis di Gaza karena menghasut pertumpahan darah di perbatasan dan menuduh anggotanya menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia selama kerusuhan.


Credit  sindonews.com