PORT VILA
- Mantan Perdana Menteri (PM) Vanuatu, Barak Sope, menuduh Fiji dan
Papua Nugini (PNG) membela Indonesia yang menentang Gerakan Pembebasan
Papua Barat atau Gerakan Papua Barat Merdeka.
Kedua negara itu dia sebut “bermain” dalam KTT Melanesian Spearhead Group (MSG) dengan agenda menawarkan keanggotaan bagi Gerakan Pembebasan Papua Barat.
KTT itu awalnya dijadwalkan berlangsung pada minggu ini, tapi kembali ditunda tanpa penjelasan. Barak Sope, yang merupakan pendukung setia bagi kemerdekaan Papua Barat, mengatakan MSG menjadi tidak efektif karena Fiji dan PNG yang mendukung Indonesia, menghindari membuat keputusan.
”Pandangan saya adalah bahwa itu hanya permainan antara Pemerintah Papua Nugini dan Pemerintah Fiji,” katanya.
”Saya pikir mereka sedang bekerja dengan orang Indonesia, dan mereka tidak mendukung orang-orang Melanesia di Papua Barat yang menginginkan kemerdekaan mereka. Penundaan (KTT) hanya terus terjadi,” lanjut Barak Sope, seperti dikutip dari radionz.co.nz, semalam (3/10/2016).
Sope mengatakan tiga anggota yang tersisa dari MSG yakni, Vanuatu, Solomon Island dan New Caledonia harus melangkah ke depan dan membuat keputusan tanpa Fiji dan Papua Nugini.
Sebelumnya, enam negara di Kepualauan Pasifik—Vanuatu, Solomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island dan Tuvalu—di Sidang Umum PBB blak-blakan mendukung Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri dengan mengusung isu pelanggaran HAM. Indonesia mengecam sikap enam negara itu karena sudah kategori ikut campur urusan dalam negeri Indonesia dan pelanggaran atas kedaulatan Indonesia.
Kedua negara itu dia sebut “bermain” dalam KTT Melanesian Spearhead Group (MSG) dengan agenda menawarkan keanggotaan bagi Gerakan Pembebasan Papua Barat.
KTT itu awalnya dijadwalkan berlangsung pada minggu ini, tapi kembali ditunda tanpa penjelasan. Barak Sope, yang merupakan pendukung setia bagi kemerdekaan Papua Barat, mengatakan MSG menjadi tidak efektif karena Fiji dan PNG yang mendukung Indonesia, menghindari membuat keputusan.
”Pandangan saya adalah bahwa itu hanya permainan antara Pemerintah Papua Nugini dan Pemerintah Fiji,” katanya.
”Saya pikir mereka sedang bekerja dengan orang Indonesia, dan mereka tidak mendukung orang-orang Melanesia di Papua Barat yang menginginkan kemerdekaan mereka. Penundaan (KTT) hanya terus terjadi,” lanjut Barak Sope, seperti dikutip dari radionz.co.nz, semalam (3/10/2016).
Sope mengatakan tiga anggota yang tersisa dari MSG yakni, Vanuatu, Solomon Island dan New Caledonia harus melangkah ke depan dan membuat keputusan tanpa Fiji dan Papua Nugini.
Sebelumnya, enam negara di Kepualauan Pasifik—Vanuatu, Solomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island dan Tuvalu—di Sidang Umum PBB blak-blakan mendukung Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri dengan mengusung isu pelanggaran HAM. Indonesia mengecam sikap enam negara itu karena sudah kategori ikut campur urusan dalam negeri Indonesia dan pelanggaran atas kedaulatan Indonesia.
Credit Sindonews