Tiga agenda dibahas dalam pertemuan dua hari tersebut.
Korban Intoleransi Beragama Gelar Demo (VIVAnews/Fernando Randy)
"Indonesia sebagai negara multietnis harus mengerti bahwa pluralisme adalah bagian dari DNA dan aset bagi Indonesia. Kita memiliki kewajiban untuk berbagi pengalaman dan menerapkan toleransi," ujar Pelaksana Tugas Direktur Pengembangan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kemlu RI, Muchsin Shihab, di Gedung Kemlu Jakarta, Kamis, 6 Oktober 2016.
Menurutnya, pertemuan ini juga penting bagi Indonesia dalam menghadapi ancaman dari terorisme, radikalisme dan ekstrimisme. Dalam acara yang mengambil tema "Strengthening Solidarity Friendship through Interfaith and Interculture Dialog" ini, akan ada tiga agenda yang dibahas.
Pertama, komitmen terhadap permasalahan global yang saat ini semakin marak akan ekstrimisme. Kedua, mempromosikan kehidupan harmonis, kedamaian dan kehidupan yang sangat toleran. Ketiga, berbagi pengalaman yang bisa berkontribusi bagi masyarakat global," ujarnya menjelaskan.
Saat ini, kata Muchsin, Indonesia sudah memiliki kelebihan di bidang ini. "Kita telah memiliki interfaith dialog dengan 25 negara di kawasan. Usulan pertemuan ini juga telah diajukan oleh Indonesia sejak tahun lalu, dan ditanggapi dengan sangat antusias oleh seluruh negara," ujarnya menambahkan.
Ia pun berharap, hasil dari pertemuan ini adalah "Yogyakarta Message", yang kemudian di-follow up dengan pemberian beasiswa seni dan budaya kepada pemuda Indonesia.
"Seluruh delegasi akan mengikuti site visit ke Candi Prambanan dan Candi Borobudur, juga gereja dan pesantren, untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada peserta bahwa Indonesia punya kehidupan yang nyata untuk keharmonisan."
Credit VIVA.co.id