Senin, 01 Agustus 2016

Semester I, China Kian Gencar Tanam Modal di Indonesia

 
Semester I, China Kian Gencar Tanam Modal di Indonesia  
Sampai Juni, nilai investasi asal negara Tirai Bambu tercatat US$2,11 miliar, naik enam kali lipat dibanding investasi yang ditanamkan pada semester I 2015. (REUTERS/Adi Weda)
.
Jakarta, CB -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$14,07 miliar (Rp195,5 triliun) atau meningkat 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$13,93 miliar. Angka tersebut mengambil porsi 65,6 persen dari total realisasi investasi sepajang semester I 2016 dengan angka Rp298,1 triliun.

Dari angka tersebut, realisasi investasi asal Singapura mendominasi dengan besaran US$4,89 miliar, atau 34,75 persen dari total PMA yang masuk di paruh pertama tahun 2016. Kontribusi negara singa itu disusul dengan realisasi investasi Jepang dengan nilai US$2,89 miliar.

Kendati demikian, Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengatakan, realisasi PMA yang menarik terlihat dari China (termasuk Hongkong) dengan nilai US$2,11 miliar, dan kini menempati posisi ke-tiga sebagai kontributor utama PMA. Angka itu meningkat 529,28 persen, atau enam kali lipat dibanding periode sama tahun lalu dengan nilai US$335,3 juta.

Melihat angka tersebut, Thomas mengaku gembira karena capaian ini bisa mengimbangi neraca perdagangan yang defisit dengan negara tirai bambu itu. Ia berharap, hubungan ekonomi antara China dan Indonesia bisa saling menguntungkan kedepannya.

"Saya dulu pernah jadi Menteri Perdagangan dan tahu betapa gemasnya melihat defisit perdagangan dengan China. Namun tentu ada beberapa cara mencari keseimbangan dan mengurangi ketimpangan ekonomi, jika mereka serang dengan perdagangan, Indonesia bisa mengimbanginya dengan menarik investasi dan pariwisata," ujar Thomas, dikutip Senin (1/8).

Melengkapi ucapan Thomas, Deputi bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan, realisasi investasi China di Indonesia meningkat karena sebagian besar investaisnya bergerak di bidang pengolahan hasil mineral, yang memang mebutuhkan dana yang sangat besar.

Ia mencontohkan investasi nikel di Sulawesi, dan proyek Smelter Grade Alumina (SGA) di Kalimantan Barat oleh PT Well Harvest Winning Refinery (WHW), yang merupakan perusahaan patungan Harita Group, PT Danpac Resources Danpac, dan perusahaan asal China, China Hongqiao Group Ltd

"Selain itu ada lagi realisasi investasi seperti semen di Kalimantan Selatan. Karena ini di luar Jawa, ini bagus demi mengurangi ketimpangan investasi antara Jawa dan luar Jawa. Jika tahun kemarin proporsi investasi di luar Jawa mencapai 44,3 persen, kini meningkat jadi 45,5 persen," jelasnya.

Optimistis

Secara umum, Azhar masih optimistis dengan realisasi PMA pada periode-periode berikutnya yang terlihat dari komitmen investasi asing sebesar Rp931,5 triliun sepanjang semester I tahun ini, atau meningkat 66,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp558,3 triliun. Ia berharap, komitmen ini bisa segera direalisasikan dalam waktu setahun hingga dua tahun mendatang.

"Dan ini sudah tugas kami untuk mengawal komitmen investasi menjadi realisasi. Namun bimbingan BKPM pun tidak cukup, diperlukan situasi investasi yang kondusif agar realisasi ini bisa tercapai semuanya," tambahnya.

Hal itu kemudian diamini oleh Thomas, yang berharap investor semakin yakin untuk berinvestasi di Indonesia setelah perombakan kabinet (reshuffle) untuk kedua kalinya di masa Pemerintahan Joko Widodo.

"Saya melihat ini langkah yang dahsyat, dan bisa membuat investor semakin optimis," jelas Thomas.






Credit  CNN Indonesia