Kamis, 02 Agustus 2018

Kekerasan Pecah di Harare Usai Pemilu Zimbabwe


Kekerasan Pecah di Harare Usai Pemilu Zimbabwe
Ilustrasi. (AFP PHOTO / MUJAHID SAFODIEN)


Jakarta, CB -- Setidaknya satu orang tewas di Harare, Ibu Kota Zimbabwe, pada Rabu (1/8) ketika tentara melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi kubu oposisi. Pendukung oposisi menuding partai penguasa berusaha mencurangi pemilihan presiden pada Senin lalu.

Tembakan pasukan tentara di jalan-jalan, didukung pengerahan kendaraan lapis baja dan sebuah helikopter militer. Beberapa wajah pasukan ditutupi topeng saat menyisir jalanan.

Saksi di tempat kejadian mengatakan kepada seorang fotografer Reuters, satu orang ditembak mati di dekat pangkalan bus.


Pengerahan tentara dan pemukulan terhadap pengunjuk rasa tak bersenjata dianggap sebagai kemunduran bagi Presiden Emmerson Mnangagwa untuk menanggalkan status paria Zimbabwe setelah beberapa dekade represi di bawah Robert Mugabe, yang digulingkan dalam kudeta pada November lalu.

Sebelum kekerasan pecah, para pengamat Uni Eropa mempertanyakan perilaku pemilihan presiden dan parlemen, yang pertama sejak pengunduran paksa Mugabe setelah hampir 40 tahun berkuasa di negara Afrika Selatan.

Kerusuhan dimulai setelah pemimpin oposisi Gerakan Perubahan Demokratis (MDC) Nelson Chamisa mengklaim telah memenangkan pemilu.



Kekerasan Pecah di Harare Usai Pemilu Zimbabwe
Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa. (AFP PHOTO / MUJAHID SAFODIEN)
Puluhan pendukungnya yang membakar ban di jalanan kemudian menyerang polisi antihuru-hara di dekat markas Komisi Pemilihan Umum Zimbabwe (ZEC). Petugas membalas dengan gas air mata dan meriam air.



"Saya melakukan protes damai. Saya dipukuli oleh tentara," kata Norest Kemvo, yang mengalami luka di wajah dan tangan kanannya.

"Ini adalah pemerintah kita. Inilah mengapa kami menginginkan perubahan. Mereka mencuri pemilihan kita," kata Norest dikutip Reuters.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta para pemimpin politik Zimbabwe dan masyarakat untuk menahan diri dan menolak segala bentuk kekerasan.
Menteri Kehakiman Ziyambi Ziyambi mengatakan tentara telah dipanggil untuk memastikan "kedamaian dan ketenangan".

Seorang juru bicara polisi, Charity Charamba, setempat mengatakan pasukan dikerahkan atas permintaan polisi, yang tidak bisa mengatasi kekerasan. Mereka akan tetap di bawah komando polisi, kata Charity Charamba.

Namun, tanpa persetujuan komunitas internasional untuk pemilihan, pemimpin Zimbabwe berikutnya akan berjuang untuk membuka miliaran dolar pendanaan donor internasional yang diperlukan untuk mengembalikan perekonomian yang hancur.

Credit  cnnindonesia.com