Ilustrasi senjata kimia ISIS. Metro.co.uk
Carfentanil, bahan kimia berbahaya sejenis opium yang dapat menyebabkan kematian, diketahui dijual secara online oleh 12 perusahaan yang mengatakan siap mengekspornya ke luar negeri.
Bahan kimia yang biasa digunakan untuk membius gajah dan rusa itu dikatakan siap diekspor dengan harga US$ 2.750 atau setara Rp 35,6 juta per kilogram kepada pemesan yang datang dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, dan Australia.
Carfentanil yang dijual secara online di Cina 100 kali lebih keras daripada fentanyl, obat penghilang rasa sakit yang 50 kali lebih kuat dari heroin.
Carfentanil akhir-akhir ini menjadi momok terbaru dalam epidemi penyalahgunaan opioid (obat penenang) yang telah menewaskan puluhan ribu orang di Amerika Serikat saja. Di Cina, sumber utama global dari obat sintetis, carfentanil bukanlah zat yang dilarang ataupun berada di bawah pengawasan.
Selama beberapa dekade sebelum ditemukan pengedar narkoba, carfentanil diteliti sebagai senjata kimia oleh Amerika, Inggris, Rusia, Israel, Cina, Republik Cek, dan India. Bahan itu dilarang di medan perang di bawah Konvensi Senjata Kimia.
"Ini senjata," kata Andrew Weber, asisten menteri pertahanan Amerika untuk nuklir, kimia, dan program pertahanan biologis dari 2009 ke 2014. "Perusahaan seharusnya tidak boleh mengirimnya kepada siapa pun."
Bahkan para pengecer online obat tersebut, dalam rencana pengirimannya, akan menggunakan perusahaan jasa pengiriman resmi pemerintah, EMS. EMS adalah perusahaan layanan pengiriman kilat yang merupakan anak perusahaan BUMN Cina, Postal Express & Logistics Co.
Pemerintah Amerika telah menghubungi Cina untuk melarang penggunaan carfentanil, tapi Beijing belum bertindak. Kementerian Keamanan Publik Cina juga menolak memberikan komentar ihwal bebasnya bahan berbahaya itu diperjualbelikan .
Amerika khawatir carfentanil jatuh ke tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang akan memanfaatkan itu untuk kegiatan berbahaya, seperti terorisme.
"Kami juga khawatir bahwa kelompok-kelompok seperti ISIS bisa memesan secara komersial," tutur Weber, seperti dilansir ABC News, pada 7 Oktober 2016.
Carfentanil pernah digunakan pada 1997 oleh agen Mossad, yang gagal membunuh seorang pemimpin Hamas di Yordania. Carfentanil juga digunakan pasukan Rusia terhadap separatis Chechnya yang menyandera ratusan orang di sebuah teater di Moskow pada 2002.
Credit TEMPO.CO