Ilustrasi pesawat antariksa ((Dok. ISRO)
Persaingan di dunia keantariksaan terasa semakin ketat, terutama pengembangan wahana khusus untuk memuat awak penumpang demi misi wisata luar angkasa.
China Academy of Launch Vehicle Technology yang berada di bawah naungan pemerintah setempat dilaporkan siap merancang pesawat antariksa lengkap dengan mesin roketnya.
Sebagaimana dilaporkan situs New Scientist, ilmuwan roket Lui Haiquang memberikan paparan proyek tersebut pada acara International Astronautical Congress di Guadalajara, Meksiko beberapa waktu lalu.
Haiquang menjelaskan, rancangan pesawat yang diinginkan memang bertujuan untuk mengakodomasi penumpang dalam jumlah banyak.
Sementara pemimpin tim Han Pengxin mengaku, uji coba darat sebentar lagi akan rampung. Ia berharap, uji coba penerbangan selesai dalam dua tahun ke depan.
Pengxin juga menambahkan, rencana peluncuran pesawat secara komersil akan dilaksanakan mulai tahun 2020. Sementara biaya per kursi dipatok mulai dari US$200 ribu hingga US$250 ribu (Rp2,5 miliar - 3,2 miliar).
Jadi proyek yang diragukan
Memboyong manusia ke atmosfer Bumi sudah menjadi ambisi kebanyakan perusahaan antariksa. Sebut saja Virgin Galactic yang dipimpin Richard Branson serta Blue Origin yang dibesut oleh CEO Amazon, Jeff Bezos.
Virgin memiliki SpaceShipTwo yang mampu membawa enam penumpang ke ujung atmosfer, pun begitu dengan Blue Origin dengan wahana New Shepard-nya.
Namun konsepnya pesawat China ini berbeda dengan yang diterapkan oleh Virgin.
|
Pengxin menjelaskan, sementara pesawat raksasa China akan meluncur secara vertikal seperti roket dan mendarat di runway secara otomatis tanpa ada campur tangan kru di darat ataupun di kabin.
Pihak perusahaan China sejatinya telah merancang dua versi pesawat. Pertama, pesawat seberat 100 ton yang bisa membawa lima penumpang ke ketinggian 100 kilometer.
Kedua, pesawat berbobot 100 ton yang mampu memboyong 20 penumpang mencapai ketinggian 130 kilometer.
Keduanya bersifat reusable, yakni mampu kembali ke Bumi dan bisa dipakai kembali.
Untuk pesawat yang lebih besar rencananya bakal turut membawa satelit kecil ke orbit Bumi.
Misi tersebut mendapat tanggapan kritis dari peneliti Roger Launius dari National Air dan Space Museum di Washington DC.
"Inisiatif proyek ini sangat menarik," ujar Launius.
Kendati begitu, menurutnya proyek tersebut masih sangat kurang rincian teknis yang penting.
"Memang selalu lebih mudah menggambar ilustrasi dan berbicara soal kemungkinan dan potensi ketimbang membuat pesawat antariksa yang betul-betul bisa terbang," lanjutnya.
Credit CNN Indonesia