Senin, 01 Agustus 2016

Sekolah di Indonesia Bantah Tudingan Terkait dengan Gulen


 
Sekolah di Indonesia Bantah Tudingan Terkait dengan Gulen  
Turki merilis sembilan nama sekolah di Indonesia yang disebut terkait dengan Fethulleh Gulen, tokoh agama yang dituding berada di balik kudeta Turki. (Wikipedia)
 
Jakarta, CB -- Sekolah Kharisma Bangsa membantah tudingan bahwa institusi pendidikan mereka terkait dengan Fethulleh Gulen, tokoh agama yang disebut dalang kudeta militer di Turki.

Kharisma Bangsa adalah satu dari sembilan sekolah yang disebutkan dalam siaran pers Kedutaan Besar Turki pekan ini. Turki menuding sekolah ini memiliki kaitan dengan FETO, organisasi pimpinan Gulen yang dianggap teroris oleh Turki.

Hidayat, juru bicara Kharisma Bangsa, mengatakan sekolah yang berdiri sejak 2006 itu sudah tidak ada memiliki hubungan lagi dengan LSM asal Turki, PASIAD, sejak November 2015. Turki menyebut PASIAD sebagai perpanjangan tangan dari FETO di luar negeri.
"Kami sudah tidak bekerja sama lagi dengan PASIAD," ujar Hidayat saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (29/7).

Hidayat mengakui PASIAD terinspirasi oleh ajaran Gulen, namun tidak ada hubungannya dengan terorisme. Pengajaran di sekolah itu juga menekankan pada nilai-nilai universalitas, seperti akhlak dan budi pekerti yang baik.

"Rekam jejak sekolah kami sejak 2006 sudah menghasilkan lulusan berprestasi di berbagai bidang. Jika dikatakan teroris, teroris seperti apa?" ujar Hidayat.

Hidayat mengatakan pemahaman Turki soal tudingan terorisme Gulen bukanlah kesepakatan seluruh dunia, melainkan hanya definisi formal pemerintah Turki.

Kedutaan Besar Turki di Jakarta dalam press rilisnya menyebutkan sekolah di Indonesia yang terkait FETO, yaitu Pribadi Bilingual Boarding School di Depok dan Bandung, Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School di Tangerang Selatan, Semesta Bilingual Boarding School di Semarang, Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School di Yogyakarta, Sragen Bilingual Boarding School, Fatih Boy’s School dan Fatih Girl’s School di Aceh, serta Banua Bilingual Boarding Schol di Kalimantan Selatan.

Dalam pernyataannya, Kedubes Turki mengatakan bahwa sekolah-sekolah Gulen telah ditutup di berbagai negara, seperti di Yordania, Somalia, Azerbaijan, dan Niger.

"Menerbitkan press release tanpa tujuan ini juga dipertanyakan. Implikasinya tidak baik bagi sekolah yang kami kelola," tegas Hidayat.

Menurut Hidayat, kudeta adalah masalah internal Turki yang tidak seharusnya dibawa ke negara lain.

"Ini masalah internal politik Turki, kenapa dibawa ke negara berdaulat. Ini bentuk intervensi negara lain. Dimana etikanya, masa mau mendikte pemerintah Indonesia," lanjut Hidayat.

Hidayat menegaskan akan menuntut penjelasan dari Kedutaan Besar Turki di Jakarta.

Menyusul upaya kudeta yang gagal pada 15-16 Juli lalu, pemerintah Recep Tayyip Erdogan telah menutup 1.043 sekolah swasta, 1.229 lembaga amal dan yayasan, 19 serikat dagang, 15 universitas dan 35 institusi medis, yang dituding terkait dengan Gulen.

"Ini cukup mengerikan, mereka menutup 1.000 sekolah. Tidak puas dengan itu, mereka mencari-cari di negara lain," tegas Hidayat.

Usai pengumuman itu, kegiatan belajar mengajar di sekolah yang terletak di Tangerang Selatan itu tidak terganggu. Namun Hidayat mengakui, muncul kekhawatiran dari kalangan orang tua murid.

"Kekhawatiran mereka bukan karena isu terorisme, tapi khawatir jika sekolah ditutup," ujar Hidayat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa "Indonesia tidak pernah ikut campur dalam masalah dalam negeri negara lain". Arrmanatha mengatakan Kemlu tengah mencari tahu kebenaran informasi dari Turki tersebut.

"Sekolah di Indonesia ada di bawah hukum dan aturan Indonesia. Saat ini kita sedang koordinasi dengan kementerian pendidikan dan kebudayaan terkait daftar sekolah yang disampaikan untuk mendapatkan kebenaran informasi dan mengenai kerja sama apa saja yg dilakukan dengan Turki," kata Arrmanatha.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia belum memberi komentar apa pun terkait hal ini



Credit  CNN Indonesia