Jumat, 22 Januari 2016

Putin Diduga Setujui Operasi Pembunuhan Mantan Agen Rusia


Putin Diduga Setujui Operasi Pembunuhan Mantan Agen Rusia  
Presiden Rusia, Vladimir Putin diduga menyetujui operasi intelijen Rusia untuk membunuh mantan agen KGB, Alexander Litvinenko. (Reuters/Alexei Nikolsky)
 
Jakarta, CB -- Presiden Rusia, Vladimir Putin diduga menyetujui operasi intelijen Rusia untuk membunuh mantan agen KGB, Alexander Litvinenko, menurut laporan dari hakim yang memimpin penyelidikan Inggris atas kematian Litvinenko.

Litvinenko, 43, merupakan kritikus pemerintahan Putin yang melarikan diri dari Rusia sekitar enam tahun sebelum kematiannya di London pada 2006 silam. Litvinenko tewas diracun setelah meminum teh hijau yang dicampur dengan isotop radioaktif 210 di sebuah hotel.


Penyelidikan yang dimpimpin Inggris mengungkapkan bahwa terdapat antagonisme pribadi antara sang korban dengan Putin, dan para pejabat pemerintahan Putin memiliki motif untuk membunuhnya. Kremlin selama ini selalu membantah terlibat dalam aksi pembunuhan Litvinenko.

"Mempertimbangkan penuh dari semua bukti dan analisis yang tersedia, saya menemukan bahwa operasi FSB untuk membunuh Litvinenko disetujui oleh Patrushev, dan juga oleh Presiden Putin," bunyi hasil penyelidikan tersebut.

Nikolai Petrushev merupakan mantan kepala FSB saat itu.

"Saya yakin bahwa secara umum, pejabat pemerintahan Putin, termasuk sang presiden sendiri dan FSB, memiliki motif untuk mengambil tindakan kepada Litvinenko, termasuk membunuhnya pada akhir 2006," bunyi pernyataan tersebut.

Laporan yang dipimpin oleh hakim senior Robert Owen menyatakan pemberian racun dilakukan oleh Andrei Lugovoy, mantan pengawal agen KGB yang kemudian menjadi anggota parlemen, serta rekannya Dmitry Kovtun, sebagai bagian dari operasi yang diluncurkan Lembaga Keamanan Federal Rusia (FSB).

Baik Lugovoy dan Kovtun membantah tuduhan tersebut, dan Rusia menolak mengekstradisi mereka untuk diadili. Lugovoy sempat menyatakan kepada Interfax bahwa tuduhan tersebut tak berdasar.

Pada Maret 2015, Putin justru memberikan penghargaan kehormatan untuk Lugovoy, sebuah medali "atas pelayanan kepada tanah air," di tingkat kedua. Menurut sebuah kutipan yang ditulis di buletin resmi milik negara, Putin menilai Lugovoy berjasa dalam mengembangkan parlemen Rusia. 

Litvinenko adalah seorang agen keamanan negara Rusia yang membuka tuduhan tentang korupsi dalam lingkaran pemerintah. Dia dan keluarganya pindah ke London, karena takut akan pembalasan pemerintah Rusia. Litvinenko bertemu dengan Lugovoy dan Kovtun tak lama sebelum dia jatuh sakit.

Meskipun Kremlin selalu membantah tuduhan keterkaitannya dalam kasus ini, tetapi Litvinenko sempat menyebutkan kepada sejumlah penyidik bahwa Putin menginstruksikan pembunuhan atas dirinya.

Kematian Litvinenko di Inggris menambah daftar panjang perseteruan antara Rusia dengan negara-negara Barat usai Perang Dingin. Hubungan keduanya tidak pernah membaik dan diperparah dengan aneksasi Rusia di Crimea serta dukungan Rusia kepada rezim Presiden Bashar al-Assad dalam konflik Suriah.

Credit  CNN Indonesia